Mohon tunggu...
wilson axelhartono
wilson axelhartono Mohon Tunggu... Penegak Hukum - mahasiswa UAJY

lahir di Jakarta 5 desember 2000, berdomisili di Cirebon.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemimpin di Era Millenial

18 Mei 2019   20:29 Diperbarui: 19 Mei 2019   22:46 1737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Konsep Pemimpin berasal dari kata leader dan leadership, Kartono mengatakan bahwa pemimpin adalah seorang pribadi yangmemiliki superioritas tertentu, sehingga dia memiliki kewibawaan dan kekuasaan untuk menggerakan orang lain melakukan usaha bersama guna mencapai sasaran tertentu. 

Sedangkan Kouzes menjelaskan bahwa pemimpin adalah vionir sebagaiorang yang bersedia melangkah kedalam situasi yang tidak diketahui, pemimpinyang mempunya visi yang jelas dapat menjadi penuntun dalam melaksanakan tugaspokok dan fungsinya sebagai pemimpin. 

Lain lagi dengan Rukmana yangmendefinisikan pemimpin sebagai orang yang melakukan atau menjalankan kepemimpinan leadership sedangkan pimpinan adalah mencerminkan kedudukanseseorang atau kelompok orang pada hierarki tertentu dalam suatu birkrasi formal maupun informal.

Para pemimpin milenial ini mayoritas sudah menggunakan teknologi dalam menjalankan kegiatan/bisnisnya. Bahkan teknologi sudah tidak terpisahkan lagi dalam perusahaan atau lembaga yang mereka pimpin.

Drive atau rasa lapar akan kesuksesanpundemikian besar. Kita perlu sadar bahwa generasi milenial sudah tidak dibesarkandi jaman keemasan ekonomi. 

Banyak di antara mereka hidup dengan anggaran yangpas-pasan. Justru inilah yang membuat mereka suka bekerja keras dan banyakmenginspirasi teman kerjanya. 

Bagi mereka kultur bekerja keras tidak sulitditularkan pada teman-temannya, karena mereka juga tidak menginginkan birokrasidan segala macam formalitas yang nampaknya hanya menghambat gerak organisasi.

Hasil penelitian mengatakan bahwa dibandingkandengan generasi yang lebih senior, para milenial lebih unggul dalam komunikasidan pembinaan hubungan interpersonal.

Inovasi adalah napas organisasi yang merekapimpin, dan hal ini bukan monopoli atasan atau pimpinan saja. Inovasi menjadituntutan bagi semua individu. Ini juga dilatarbelakangi oleh transparansi yangmenjadi kultur utama perusahaan. Para milenial sejak lahir sudah dibesarkandalam dunia yang tidak mapan. Oleh karena itu, mereka memang sudah terbiasadengan perubahan.

Bila kolaborasi di masa kita dianggap sebagaiupaya yang keras dan harus dipaksakan, saat ini para milenial melakukannyadengan spontan. Nafas organisasi memang adalah kolaborasi. 

Mereka percaya danmenghargai multi perspektif, sementara banyak di antara kita yang masihmenganut faham monopoli, eksklusivitas dan mengkotak-kotakkan pasar ataupunkeahlian. 

Jadi, mungkin kita yang masih mau beroperasi dan berada bersamadengan para milenial ini perlu juga mengubah perspektif kita, karena generasiyang terlihat sekedar having fun ini sebenarnya menganut nilai, keyakinan danke-PD-an baru yang perlu kita perhitungkan.

Pakar kepemimpinan Andrew senduk setelah pindah ke Indonesia dari belanda pada tahun 2013, ia telah aktif di dunia star-uplokal. Dalam waktu 5 tahun akhirnya ia memutuskan menulis buku untuk membahasisu seputar milenial.

 Andrew menyebutkan ada 2 permasalahan utama, salahsatunyayaitu jangka perhatian yang pendek, yang maksudnya adalah para milenial lebihmenyukai hasil yang instan. Dan masalah satu lagi menyinggung kehidupan di eramedia sosial, yang terancam kehilangan jati dirinya karena terdistraksibermacam hal di dunia maya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun