Mohon tunggu...
W. Bintang
W. Bintang Mohon Tunggu... Freelancer - Variety Writer

Penulis lepas, memberikan perspektif atas apa yang sedang ramai dibicarakan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Galungan dan Kuningan, Upacara Penting Umat Hindu Bali

14 April 2021   10:47 Diperbarui: 14 April 2021   12:26 1484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Galungan adalah satu dari upacara penting umat Hindu Bali. Berikut suasana perayaan di Pura Jagatnatha (2017)  [AFP/Sonny Tumbelaka via kompas.com]

Daging dari Penampahan kemudian disiapkan dan dimasak untuk hidangan tradisional Bali seperti lawar, babi guling, dan sate.

Masyarakat Bali, terutama anak-anak, sangat menantikan Penampahan Galungan karena ini adalah pesta keluarga yang khas dengan banyak hidangan lezat.

Dipercaya juga bahwa pada hari Penampahan Galungan, Sang Kala Tiga wujud Sang Bhuta Amangkurat turun ke bumi untuk ketiga kalinya dan terakhir kalinya untuk menggoda umat manusia untuk berbuat Adharma (kejahatan).

Setiap pura dan semua sudut jalan akan sibuk dengan para pemuja yang datang pada Hari Galungan, menjadikannya pertunjukan budaya yang luar biasa untuk disaksikan.

Suasananya hidup: bau dupa di udara membawa bau akan penghormatan bahkan sebelum fajar menyingsing.

Semua orang datang dengan pakaian tradisional Bali terbaik mereka untuk berdoa pada hari istimewa ini.

Sehari setelah Galungan, Manisan Galungan, orang akan mengunjungi keluarganya.

10 hari setelah Galungan, prosesi Galungan akan berakhir di hari yang disebut Kuningan, di mana para arwah akan kembali ke tanah 'di atas sana' atau Tanah ane wayah.

Dalam penanggalan Bali, Kuningan sebenarnya adalah upacara 'tumpek' ketiga tahun Bali, yang berlangsung pada hari Sabtu minggu ke-12 siklus Pakuwon; maka Hari Raya Kuningan lebih pas disebut Tumpek Kuningan.

Mengapa Kuningan terjadi 10 hari setelah Galungan?

Kembali ke legenda Galungan, setelah Raja Mayadenawa dikalahkan dalam pertempuran, pasukan Bali dan Majapahit yang menang khawatir bahwa sebenarnya penguasa yang licik menggunakan sihir untuk menyamar menjadi patung, pohon. atau hewan.

Baca juga: "Hari Raya Galungan Menuju Transformasi Diri" oleh I Nyoman Tika

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun