Mohon tunggu...
W. Bintang
W. Bintang Mohon Tunggu... Variety Writer

Penulis lepas, memberikan perspektif atas apa yang sedang ramai dibicarakan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kenapa India Menghentikan Ekspor Vaksin Covid-19?

6 April 2021   20:24 Diperbarui: 6 April 2021   20:25 1849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

India, salah satu produsen vaksin terbesar di dunia, telah memberlakukan larangan de facto pada ekspor vaksin karena berusaha memprioritaskan vaksinasi lokal di tengah gelombang besar infeksi yang dialami masyarakatnya.

Berikut translasi dari laporan oleh Stephanie Findlay, Michael Peel, dan Donato Paolo Mancini dari Financial Times beserta fakta relevan terkait progam vaksinasi yang dijalankan Indonesia dan dihimpun oleh kompas.com.

The Serum Institute of India, produsen vaksin terbesar di dunia dan pemasok terbesar untuk program Covax internasional, telah diberitahu untuk menghentikan ekspor vaksin ke luar Indonesia dimana arahan ini dapat berlangsung selama dua hingga tiga bulan.

Gavi, aliansi vaksin internasional yang didukung PBB, segera memperingatkan bahwa kontrol tersebut akan berdampak langsung pada skema Covax, yang dibentuk dengan Organisasi Kesehatan Dunia (akronim: WHO) untuk memastikan distribusi global yang adil dari setidaknya 2 miliar dosis vaksin Covid-19 pada tahun 2021.

"Pengiriman vaksin Covid-19 ke negara berpenghasilan rendah yang berpartisipasi dalam fasilitas Covax akan menghadapi penundaan menyusul kemunduran dalam mendapatkan izin ekspor untuk dosis lebih lanjut. . . produk vaksin dari Serum Institute of India (SII) diharapkan akan dikirim pada Maret dan April, " kata Gavi dalam sebuah pernyataan.

Berita tentang kontrol ekspor - yang kemungkinan juga akan mempengaruhi pengiriman setidaknya dosis 5 juta ke Inggris - datang ketika para pemimpin Uni Eropa (UE) bersiap untuk pembicaraan pada hari Kamis mengenai pembatasan ekspor yang mereka usulkan sendiri.

UE, seperti India, adalah pusat produksi vaksin utama dan telah mengekspor jutaan dosis sementara program vaksinasi virus korona masyarakatnya sendiri masih tertinggal.

Menghadapi gelombang infeksi lain, UE dan India berada di bawah tekanan domestik untuk mengamankan pasokan lokal, tetapi pejabat kesehatan masyarakat internasional telah memperingatkan bahwa pengendalian ekspor berisiko menimbulkan lebih banyak kerusakan dalam jangka panjang.

"(Pembatasan ekspor) sama sekali tidak perlu. Perlu ditekankan bahwa sama sekali tidak perlu bagi kita sebagai umat manusia untuk terjun ke perang mengamankan suplai vaksin untuk melawan pandemi ini. Kita semua akan menjadi pecundang (karena perang vaksin), "kata John Nkengasong, direktur Africa Centres for Disease Control and Prevention.

Afrika sangat bergantung pada penerimaan vaksin dari program Covax. "Tanpa meningkatkan akses ke vaksin, kami akan mengalami kesulitan... Nyawa akan hilang, "tambah John Nkengasong.

Serum Institute dikontrak untuk memproduksi 550 juta dosis vaksin Oxford / AstraZeneca dan 550 juta dosis vaksin Novavax untuk Covax pada tahun 2021 dan 2022 menurut data dari awal Maret.

Amankah vaksin Astra-Zeneca? Baca fakta bagian pertama dan bagian kedua pada tautan

WHO mengatakan Covax sedang berdiskusi dengan pemerintah India untuk memastikan pengiriman beberapa batch vaksin dapat diselesaikan pada bulan Maret dan April.

Novavax mengatakan tidak terpengaruh oleh tindakan pengendalian ekspor karena tidak berencana untuk meminta otorisasi untuk vaksinnya, yang masih dalam uji klinis, hingga kuartal kedua tahun ini.

"Kami percaya bahwa pertanyaan tentang izin ekspor akan segera diselesaikan," ungkap juru bicara Novavax. AstraZeneca tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Kementerian luar negeri India pada media lokal mengatakan bahwa mereka menyangkal adanya larangan ekspor vaksin yang diproduksi di dalam negeri mereka.

Dikutip dari The India Times, juru bicara Kementerian Luar Negeri India Arindam Bagchi mengatakan bahwa India memang menerima permintaan suplai lebih banyak lagi dari luar negeri, namun dalam menyanggupinya akan memperhatikan kebutuhan domestik.

Johnson & Johnson, yang masih dalam proses menyiapkan produksi di India melalui mitra lokalnya, Biological E, juga kecil kemungkinan terpengaruh oleh situasi ini.

J&J memiliki perjanjian tidak mengikat untuk memasok Covax dengan dosis 500 juta vaksin dengan perusahaan tidak memberikan komentar lebih lanjut.

India mengalami peningkatan tajam dalam kasus COVID-19 dan bersiap untuk memperluas kampanye vaksinasi untuk orang berusia 45 tahun ke atas pada 1 April.

Pemerintah ingin permintaan untuk inokulasi domestik telah diamankan sebelum menyelesaikan pengiriman ekspor dilanjutkan, kata para ahli.

"Segala sesuatu selain India ditunda untuk saat ini; India adalah prioritas, "kata seseorang yang diberi penjelasan tentang pembicaraan ekspor vaksin.

Bharat Biotech, satu-satunya perusahaan lain yang vaksinnya telah disetujui untuk digunakan di India, menolak berkomentar.

Selain kontrak Covax, Serum Institute memiliki perjanjian pasokan bilateral dengan beberapa negara, termasuk Inggris. Matt Hancock, sekretaris kesehatan Inggris, mengatakan pekan lalu bahwa 5 juta dosis vaksin AstraZeneca yang dipesan oleh Inggris dari Serum Institute telah ditunda.

Seorang juru bicara perdana menteri, Boris Johnson, mengatakan pemerintah tetap "berhubungan dekat dengan semua produsen untuk memahami dan mengatasi masalah pasokan".

India telah mengekspor 60 juta vaksin ke negara-negara di seluruh dunia - lebih dari 54 juta dosis yang diberikan kepada rakyatnya sendiri dengan laporan domestik menyebutkan menipisnya stok dalam negeri selagi kasus COVID-19 meningkat pesat.

"(Masalah ekspor vaksin) terkait dengan upaya bertahan hidup," kata Kiran Mazumdar-Shaw, kepala eksekutif Biocon, salah satu perusahaan bioteknologi terbesar di India. "India sejauh ini telah bersikap baik dengan mengekspor 60 juta dosis. Sekarang waktunya untuk memvaksinasi orang India."

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin menyatakan, vaksinasi Covid-19 bakal kembali meningkat pada bulan Mei 2021 karena ada produksi vaksin secara masal dari Bio Farma.

Sebelumnya dia mengaku, stok vaksin pada bulan April 2021 menipis karena ada embargo pengiriman vaksin AstraZeneca dari India. Pasalnya, India tengah mengalami lonjakan kasus Covid-19 sehingga pengiriman vaksin ke luar negeri dihentikan.

Budi menjelaskan, mulanya Indonesia mendapat jatah vaksin AstraZeneca dari India sebesar 11,7 juta di bulan Maret-April. Namun, ada 10 juta dosis vaksin yang akhirnya tak bisa dikirim lantaran lonjakan kasus di negara itu.

Baca juga: "Vaksinasi Covid-19 untuk Lansia: Manfaat dan Cara Mendapatkan di Indonesia"

Vaksinasi bulan April ini akan diprioritaskan kembali kepada tenaga kesehatan dan lansia yang belum mendapat vaksinasi sembari himbauan untuk penegakan protokol kesehatan kembali disuarakan oleh ahli.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun