Mohon tunggu...
W. Bintang
W. Bintang Mohon Tunggu... Freelancer - Variety Writer

Penulis lepas, memberikan perspektif atas apa yang sedang ramai dibicarakan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

David, Goliath, dan Dewa Kipas: Simpati atas Kesalahpahaman

26 Maret 2021   00:25 Diperbarui: 26 Maret 2021   00:31 1007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah Dewa_Kipas dan GothamChess dibuat mirip kisah David dan Goliath yang sebenarnya gagal kita pahami.

Publik membicarakan bahwa Ali Akbar "memanfaatkan" (atau "bekerja sama dengan") Pak Dadang Subur dan simpati publik Indonesia yang berujung kepada perisakan kepada Levy Rozman (GothamChess) dan pertandingan catur dengan hadiah total 300 juta Rupiah melawan GM Irene Kharisma Sukandar.

Baca kisah Dewa Kipas dan Gotham Chess dari kacamata media internasional: Bagian 1, Bagian II, dan Bagian III.

Tulisan ini berangkat dari argumen pertama berupa "pemanfaatan". Ali Akbar memanfaatkan simpati publik dengan menampilkan kisah "GothamChess vs Dewa_Kipas" sebagai kisah "David melawan Goliath".

Selama 3.000 tahun, kisah David dan Goliath telah meresap ke dalam sanubari kita. Biasanya beginilah kisah ini diceritakan: seorang gembala muda bertempur dengan prajurit raksasa dan, hanya menggunakan katapel, keluar sebagai pemenang. Sosok yang kecil melawan raksasa besar dan berhasil mengalahkannya. Sang underdog berjaya atas topdog.

Mayoritas orang suka kepada jika sosok yang tidak diunggulkan atau yang diremehkan menjadi pemenang.

Jika di Alkitab cerita berakhir pada saat David menang, maka di dunia nyata Goliath dilihat punya beragam cara untuk membalikkan hasil jerih payah David.

Kemenangan Dewa_Kipas atas GothamChess berujung kepada pemblokiran akun Pak Dadang Subur yang dianggap melakukan kecurangan. Ali Akbar menceritakan sosok Dewa_Kipas yang tidak berdaya dihadapan mereka yang berkuasa.

Obsesi masyarakat untuk berpihak kepada sosok kecil lalu mengaburkan bahwa kedua pihak tidak bertanding dalam posisi timpang. Setiap pertandingan catur dimulai dengan pemain memiliki bidak dengan jumlah yang sama dan berada di posisi awal yang serupa. Kedua pihak bisa bertandingan dengan adil atau salah satu diantara mereka melakukan tindak curang.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Malcolm Gladwell dalam bukunya David and Goliath: Underdogs, Misfits and the Art of Battling Giants. Bukunya membedah ulang mitos akan David dan Goliath dan menunjukkan bahwa cerita tersebut memiliki detil yang gagal dipahami awam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun