Mohon tunggu...
W. Bintang
W. Bintang Mohon Tunggu... Freelancer - Variety Writer

Penulis lepas, memberikan perspektif atas apa yang sedang ramai dibicarakan.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

15 Fakta Memilih Tidak Punya Anak

17 Maret 2021   01:35 Diperbarui: 19 Maret 2021   12:06 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memilih tidak punya anak tidak sekedar pilihan "tidak bisa" atau "tidak mau" dalam runtutan sejarah (Diana ZG/Pixabay)

Apakah fenomena tidak memiliki anak merupakan bagian dari kehidupan modern? Tidak.

Sejarawan Rachel Chastril yang berjudul "How to Be Childless: A History and Philosophy of Life Without Children" mengungkap keinginan tidak memiliki anak merupakan suatu evolusi gaya hidup, bukan revolusi.

Rachel Chrastil menjelajahi sejarah panjang dan menarik tentang pilihan tidak memiliki anak, menempatkan warisan yang sering diabaikan ini dalam percakapan dengan masalah yang dihadapi wanita dan pria tanpa anak di abad kedua puluh satu.

Mengesampingkan dua narasi dominan, bahwa tanpa anak menandakan mandul dan kesepian, atau pasangan yang egois, How to Be Childless malah berpendapat bahwa kehidupan individu tanpa anak di masa lalu dapat membantu pembaca memahami pilihan tidak memiliki anak di era modern.

Dalam mengungkap suara dan pengalaman wanita tanpa anak dari lima ratus tahun terakhir, Chrastil menunjukkan bahwa jalan menuju tanpa anak, yang sering disederhanakan sebagai "pilihan" dan "keadaan", jauh lebih kompleks dan terjalin satu sama lain.

Dihimpun dari Psychology Today, berikut 15 fakta pilihan untuk tidak memiliki anak.

Siapa yang memenuhi syarat sebagai "tanpa anak", dan haruskah kita menggunakan istilah yang berbeda?

1. "Secara umum," kata Chrastil, "Saya mendefinisikan seseorang sebagai tanpa anak jika mereka tidak pernah memiliki anak biologis dan tidak pernah terlibat secara mendalam dalam membesarkan anak, baik melalui adopsi resmi atau lainnya."

2. Istilah yang secara teknis akurat untuk orang yang tidak memiliki anak adalah nulliparous (nulipara). Chrastil menganggap istilah tersebut memang tidak menarik.

Sedangkan istilah  childfree (tanpa anak) bertendensi "terlalu agresif" dan bisa menandakan kekurangan. Dia tetap menggunakan istilah childfree, "tetapi dengan  catatan bahwa saya tidak memandang ketidakhadiran anak sebagai kekurangan yang harus diatasi."

Seberapa umum orang tidak punya anak?

3. Tingginya angka tidak memiliki anak bukanlah hal baru. Seperti yang dicatat Chrastil, "meluasnya keinginan tidak punya anak telah terlacak di wilayah Eropa Barat sekitar tahun 1500 dan seterusnya." Ada satu pengecualian: "Ledakan bayi sebagai suatu anomali yang ketika muncul akan berlangsung selama 20 tahun. Kemudian, keinginan tidak punya anak naik lagi popularitasnya seiring kontroversi dan perdebatan lebih besar."

4. Tanpa anak bukan hanya fenomena Barat. "Tanpa anak adalah ciri dari semua budaya, dengan ekspektasi yang berbeda pada waktu dan tempat yang berbeda."

5. Pada tahun 1900, wanita yang memiliki anak hanya memiliki sekitar setengah dari jumlah wanita seabad sebelumnya. "Di Amerika Serikat, wanita kulit putih pada tahun 1800 memiliki tujuh anak; pada tahun 1900, mereka memiliki tiga atau empat."

Kondisi psikologi orang dewasa yang tidak memiliki anak dan orang yang menilai mereka

6. Selama masa Reformasi (1517-1648), "tekanan agama, hukum, famili, dan budaya [dirancang] ... untuk memastikan bahwa wanita akan bereproduksi dan melakukannya dalam parameter yang dapat diterima".

Namun fakta bahwa tekanan ini diadakan menunjukkan "ketakutan bahwa wanita entah bagaimana akan memilih tidak punya anak." Pada tahun 1600-an, wanita lajang tanpa anak "dapat dicurigai sebagai penyihir dan digantung karena pelanggaran tersebut".

7. Stereotip wanita tanpa anak sebagai "upaya menyenangkan diri mereka sendiri secara berlebihan" telah ada selama berabad-abad. Chrastil menemukan contoh dalam The Wealth of Nations karya Adam Smith.

8. Antara 1500 dan 1800, wanita lebih sering mengungkapkan keraguan tentang pernikahan daripada memiliki anak. Chrastil mengutip sebuah pamflet dari tahun 1707 berjudul, "Lima Belas Kenyamanan dalam Hidup Lajang." Publikasi lain, "Saran yang Baik bagi Para Wanita agar Tetap Lajang," beredar pada tahun 1739.

9. Penjelasan populer tentang tingginya orang dewasa tidak memiliki anak pada paruh kedua abad kedua puluh dialamatkan kepada pil KB yang baru tersedia, serta jumlah orang lajang yang relatif besar.

Menurut Chrastil, ada hal lain yang lebih penting: tumbuhnya penerimaan "menjalani hidup selain untuk membentuk keluarga tradisional", termasuk menikah tetapi tidak memiliki anak.

10. Konsep tidak memiliki anak, pada tahun 1960-an, menjadi "melekat kuat pada ide-ide tentang demokrasi dan kebebasan ...Melajang dan tidak memiliki anak, yang pada masyarakat sebelumnya dianggap sebagai kondisi sosial yang layak untuk dijauhi, malu, kasihan, dan menimbulkan ketergantungan ekonomi, sekarang sering menjadi terkait dengan kebebasan yang lebih besar. "

Penghakiman atas mereka yang tidak memiliki anak, terutama jika kondisi tersebut hadir dikarenakan pilihan aktif tentu tetap ada sejauh ini.

11. Pada tahun 1970-an, "orang-orang bersedia untuk mengubah pikiran mereka tentang tidak memiliki anak, dengan cara yang tidak terjadi dalam beberapa dekade sebelum atau sesudah".

Mempertanyakan makna menjadi seorang Ibu

12. Para pemimpin politik di AS, bahkan yang konservatif, tidak selalu mendorong wanita untuk memiliki banyak anak. Misalnya, pada tahun 1972, Presiden Nixon menciptakan Komite Pertumbuhan Populasi dan Masa Depan Amerika, yang "mencela tradisi kuno pronatalisme Amerika dan mendorong semua orang Amerika untuk melakukan KB."

13. Romantisasi menjadi ibu diuji dengan publikasi 1980 "Childless by Choice" oleh sosiolog Jean Veevers. Dari wawancaranya, Veevers menemukan bahwa banyak wanita yang tidak memiliki anak melihat keibuan sebagai "bukan pencapaian yang signifikan atau tindakan yang sangat kreatif....

Patut juga diapresiasi dan dihormati bahwa bagi beberapa perempuan melihat bayinya sebagai suatu pencapaian mengimbangi buku yang tidak pernah mereka tulis, gambar yang tidak pernah mereka lukis, atau kuliah yang tidak pernah mereka selesaikan. "

Baca juga: "Perlukah Menunda untuk Punya Anak?" oleh MomAbel

Kekhasan Pilihan Tidak Memiliki Anak

14. Saat ini, penting untuk membedakan antara status perkawinan dan status orang tua; banyak lajang memiliki anak dan banyak orang yang sudah menikah tidak memiliki anak. Namun, secara historis, status seseorang lebih cenderung tumpang tindih.

Wanita lajang biasanya tidak memiliki anak. "Pada periode modern awal, seseorang tidak memilih tidak memiliki anak sama seperti menolak (atau gagal mencapai) kelahiran maupun menikah. Suami dan anak datang dalam waktu yang hampir bersamaan."

15. "Para lansia tanpa anak sekarang lebih cenderung untuk tinggal sendiri atau di panti, dibandingkan dengan orang tua yang lebih cenderung untuk tinggal dengan pasangan atau anak."

Tetapi bahkan bagi orang yang memiliki anak, "tidak ada masa keemasan untuk merawat orang tua, setidaknya tidak dalam masyarakat yang terlambat menikah... Anak-anak beremigrasi atau bermigrasi; mereka mengatasi tekanan ekonomi, perselisihan perkawinan, dan masalah mereka sendiri. Mereka mungkin tidak punya apa-apa untuk diberikan. "

Baca juga: "Cocote Tonggo, Jangan Menggunakan Alat Kontrasepsi Sebelum Hamil" oleh Bayu Samudra

Menarik untuk memahami lebih jauh pilihan pasangan yang merencanakan anak sebelum hamil, tapi juga bagi mereka yang memilih tidak berketurunan. Fakta awal ini bisa menjadi start dalam diskusi selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun