Mohon tunggu...
Willi Andy
Willi Andy Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup dengan cinta dan kasih sayang

Berjuang dengan sungguh-sungguh tanpa lelah dan penuh perhatian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengalaman Merayakan Tradisi Idul Adha di Atlanta Georgia AS

13 Juli 2022   13:05 Diperbarui: 14 Juli 2022   02:04 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Barusan menerima pesan elektronik dari admin Kompasiana beberapa hari yang lalu tentang menulis di topik pilihan. Topik pilihan ini bertema Tradisi Iduladha Di Luar Negeri. Tema yang sangat menarik dan banyak mengundang para penulis kompasiana untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka masing-masing.


Tema ini mengingatkan saya tentang pengalaman silam yang sudah berlalu bertahun-tahun lamanya. Tahun itu adalah 2003 pada saat saya masih bekerja di Subway Restaurant yang berlokasi di Chamblee, Georgia, USA.

Subway Restaurant di negara Amerika Serikat merupakan suatu bisnis waralaba. Perusahaan ini memiliki produk, merek, sistem pemasaran dan sistem pengolahan tersendiri.

Ini merupakan kesempatan bagi siapa saja yang ingin terjun dalam bisnis restoran berskala kecil sampai menengah. Mereka membuka peluang bagi siapa saja yang ingin bergabung melalui ketentuan yang sudah ada.

Lantas saat itu bos saya yang berasal dari negara Bangladesh membawa investasi mereka di dalam usaha waralaba ini.

Mereka adalah sepasang suami istri dan memiliki dua anak kecil. Mereka memeluk agama Islam dan rerata para pekerja mereka berasal dari Bangladesh.

Di sana ada Nayan, panggilan akrab yang sudah dikenal banyak orang. Khususnya kawan dekat dan para pekerja di sana.

Dia bekerja sebagai manajer restoran tersebut, mengemban tugas penting bagi bos kami. Dia memberikan training bagi para calon pekerja bagaimana melayani pelanggan, membuat sandwich, bersih-bersih, memotong sayuran dan berhadapan dengan pembayaran dari pelanggan.

Ternyata beliau pernah tinggal di Malaysia beberapa tahun sehingga dia lumayan fasih berbahasa Melayu. Ini memudahkan komunikasi antara kami.

Singkat cerita saya sudah menguasai semua pekerjaan di sana dan mendapat kepercayaan untuk memberi pelatihan untuk karyawan baru.

Saat itu ada seorang gadis yang masih duduk di Sekolah Menengah Atas baca SMA atau SMU. Saya selalu memberikan pelatihan dan pengarahan bagaimana untuk melayani pelanggan, membuat sandwich dan urusan bayar-membayar dari pelanggan.

Dia bernama Mili, berasal dari negara Bangladesh. Masih tinggal bersama kedua orang tua dan seorang kakak perempuan. Mereka semua memeluk agama Islam.

Hampir setiap malam saya mengantar Mili pulang karena dia masih belum memiliki mobil. Kadang dia dijemput oleh ayahnya.

Pada suatu malam, Mili mengajak saya masuk ke rumahnya setelah saya mengantar dia pulang.

"Do you want to come into my home? My mom and sister are cooking so much food tonight. We can't finish them all."

Dengan berpikir sejenak, saya memutuskan untuk masuk ke dalam untuk bertemu keluarga Mili. Rasanya ingin berkenalan dengan mereka yang berasal dari Bangladesh.

"Ok, I think I can spare my time for a bit to meet your family." demikian lah saya menjawab.

Dan Mili mengantar saya masuk ke rumahnya. Ada kakak perempuan dan ibunya. Mereka menyapa saya dengan ramah. Hanya saja ibu Mili tidak begitu fasih berbahasa Inggris.

Kakak Mili bercerita kalau mereka sedang memasak. Sedangkan Mili meninggalkan saya untuk mandi.

Satu persatu masakan diletakkan di atas meja. Saya melihat masakan mereka sangat unik dan khas. Mirip masakan Indonesia. Dan aroma masakan yang sangat sedap untuk menggugah selera.

Ketika mereka sudah selesai memasak dan menyajikan di atas meja, mereka memanggil saya untuk duduk bersama.

Saya bertanya kepada Mili di mana ayahnya. Dia menjawab kalau ayahnya masih bekerja dan akan pulang larut malam. Dia meminta saya untuk makan bersama tanpa harus menunggu ayahnya.

Saya pun bersantap dan sesekali bertanya kepada Mili dan kakaknya tentang masakan mereka. Dan mereka menjelaskan semua itu. Mereka mengatakan semua masakan adalah masakan khas dari negara asal mereka.

Tidak ada masakan yang pernah saya makan sebelumnya dan ternyata masakan ibu dan kakak Mili sangat lezat dan unik.

Saya bertanya kepada mereka, mengapa mereka memasak banyak macam lauk dan sayur serta kuah sup. Mereka menjawab bahwa hari itu adalah Hari Raya Ummat Islam yang mereka sebut Idul Adha.

Baru saat itu saya mengerti mengapa mereka memasak banyak. Dan di Hari Istimewa itu mereka mengundang saya sebagai tamu yang selalu membantu Mili.

Saya sangat terharu dan merasa bahagia bagaimana mereka memperlakukan tamu meskipun saya bukanlah seorang muslim.

Tidak ada kurban saat itu karena memang di negara Amerika Serikat ada undang-undang yang mengatur bahwa hewan tidak boleh disembelih tanpa izin dan tidak boleh dilakukan di rumah atau sekitar rumah.

Setelah kami selesai makan, Mili dan kakaknya membersihkan meja dan mencuci piring. Saya ingin membantu mereka tetapi mereka mengatakan bahwa sebagai tamu tidak diperkenankan mencuci piring. Saya jadi teringat bagaimana orang Indonesia yang sangat ramah sebagai tuan rumah.

Kesan yang saya alami di sana adalah kesan yang sangat mendalam. Mereka begitu terbuka untuk mengundang saya sebagai tamu. Semua yang ada disajikan, tidak ada yang disembunyikan. Sangat luar biasa.

Sayang saat itu gawai masih belum tren dan smart seperti gawai zaman now. Kalau tidak sudah saya foto semua masakan mereka. Namun pengalaman indah ini sangat berbekas di lubuk hati terdalam dan tak terlupakan.

Itulah pengalaman saya bersama Mili dan keluarganya yang merayakan tradisi Idul Adha di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat.

Selamat Hari Raya Idul Adha 2022 bagi kawan-kawan yang merayakannya. Semoga di Hari Idul Adha ini membawa berkah dan cinta kasih yang penuh kedamaian untuk Anda dan keluarga.

Mohon maaf jika ada kesalahan yang tidak disengaja dan untuk keterlambatan tayang tulisan.

*****

Penulis: Willi Andy untuk Kompasiana.
Juli 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun