Mohon tunggu...
William Soumokil
William Soumokil Mohon Tunggu... Wirausaha -

Anak Bangsa I Pecinta Kopi Hitam I Penikmat Film I Penyuka Buku I Tertarik pada Sejarah,Sastra dan Budaya I

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Singkawang, dari Kampung Persinggahan Menuju Kota Destinasi Wisata

11 November 2016   21:09 Diperbarui: 11 November 2016   21:18 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kota Singkawang di malam hari : (getborneo.com)

Bertandang ke Kota Singkawang memang memiliki keunikan tersendiri. Di sepanjang jalan kota yang terletak di sebelah utara kota Pontianak ini memberi kesan bersih,damai dan tenang di samping pula menyimpan segudang pesona alam yang tak kalah memikat hati. Kentalnya budaya dan tradisi suku Tionghoa yang masih dipegang teguh oleh masyarakat setempat menjadikan kota yang dijuluki dengan sebutan Kota ‘Amoy’ (panggilan untuk gadis keturunan Tionghoa di Singkawang) ini tentu saja menjadi bagian penting dari warna-warni keberagaman bangsa Indonesia yang majemuk. 

Salah satu dari warisan budaya masyarakat Tionghoa yang masih menonjol di kota Singkawang sampai saat ini dan bahkan menjadi daya tarik utama wisatawan ke Kota Singkawang adalah ritual extreme Cap Goh Meh yang dihelat setiap tahunnya sebagai penanda berakhirnya perayaan Imlek dan dimulainya Tahun Baru Lunar dalam budaya Tionghoa. Perayaan Cap Goh Meh terbilang extreme Festival karena para Tatung (sebutan bagi orang pilihan yang dirasuki roh dewa) harus mempertunjukkan kemampuannya untuk menusuk-nusuk tubuhnya menggunakan panah yang terbuat dari besi ataupun kuningan biasanya menembus di kedua belah pipi kemudian si Tatung mulai duduk atau berdiri di atas sebilah parang tajam dan diarak menggunakan tandu mengelilingi kota, dengan demikian konon roh para dewa telah masuk ke dalam tubuh para Tatung lalu atraksi pun dimulai diawali dengan ritual Cuci Jalan. 

Ritual Tatung di Singkawang : (CNN Indonesia)
Ritual Tatung di Singkawang : (CNN Indonesia)
Festival Cap Goh Meh hanyalah salah satu dari daya tarik wisata dari budaya Tionghoa yang dikembangkan secara besar-besaran di Kota Singkawang. Gencarnya upaya pemerintah untuk mempromosikan Singkawang sebagai salah satu destinasi wisata di Kalimantan Barat membuahkan hasil yang cukup gemilang, ini ditandai dengan membanjirnya arus wisatawan dari dalam maupun luar negeri yang memadati Kota Singkawang pada setiap kali perayaan Cap Goh Meh dilaksanakan. Dari statistik pengunjung yang datang tak kurang dari ribuan orang datang dari Jakarta, Pulau Jawa, Malaysia, Singapura, Taiwan, Hongkong, bahkan wisatawan dari Amerika dan Kanada setiap tahunnya datang berkunjung ke kota Singkawang untuk menyaksikan eksotis-nya kota Singkawang pada perhelatan Cap Go Meh dan perayaan Tahun Baru Imlek. 

Lampion Imlek pada jalan raya Kota Singkawang : (blog.diskonaja.com)
Lampion Imlek pada jalan raya Kota Singkawang : (blog.diskonaja.com)
Dari sisi wisata alam, Kota Singkawang diuntungkan dengan posisi letak pantai yang indah yang berjarak tak jauh dari pusat kota. Dengan pengelolaan aset wisata alam yang cukup mumpuni, kota Singkawang pula mampu menyedot banyak wisatawan tak luput untuk berkunjung menikmati pantai yang menyuguhkan beragam pilihan, mulai dari fasilitas hotel berbintang sampai pesona pantai natural yang terlihat indah dari puncak bukit. 

Bajau Bay Hotel Singkawang : (plus.google.com)
Bajau Bay Hotel Singkawang : (plus.google.com)
Bila melihat ke belakang, sejarah kota Singkawang dulunya tak lebih dari sebuah kampung persinggahan atau tempat beristirahatnya para penambang emas dari daratan China yang mengadu nasib untuk berburu emas di daerah Monterado yang berjarak kurang lebih 20 Km dari kota Singkawang. Letak Singkawang yang berada di pinggir laut Natuna menjadi dermaga dan tempat persinggahan strategis di abad lampau untuk menghubungkan daerah sumber emas di Monterado dengan Kesultanan Sambas di bagian utara Singkawang dan Kesultanan Pontianak di bagian selatan Singkawang. Para penambang emas dari Guangdong China inilah yang menjadi cikal bakal kedatangan bangsa China ke Singkawang pada abad ke 17 dan memberi nama kampung persinggahan mereka yang baru tersebut dengan sebutan San Kew Jong yang dalam bahasa China Hakka berarti sebuah tempat di pinggir laut di antara gunung dan sungai, nama San Kew Jong dalam perkembangannya kemudian berubah menjadi Singkawang. 

Singkawang Bioskop di tahun 1950an : (swordfishz's.wordpress.com)
Singkawang Bioskop di tahun 1950an : (swordfishz's.wordpress.com)
Para bangsawan China membawa serta keluarga dan sanak saudara mereka untuk datang menambang emas yang kala itu banyak terdapat di kawasan Monterado. Perpindahan sebagian suku bangsa China ke Singkawang terus berlangsung seiring masuknya bangsa Eropa (Inggris dan Belanda) ke Nusantara yang juga menduduki Singkawang yang saat itu masuk dalam wilayah kekuasaan Kesultanan Sambas. Seiring berjalannya waktu, suku Tionghoa yang terus bermukim di Singkawang menjadi kaum pedagang dan ikut menjadikan Singkawang sebagai salah satu pusat perdagangan di Kalimantan Barat. 

Berawal dari kampung persinggahan di awal abad ke 17, Singkawang berkembang menjadi sebuah kota unik dengan menyimpan tradisi Tionghoa yang kental dan hidup berdampingan secara damai selama berabad-abad lamanya dengan suku Dayak Kalimantan Barat dan suku Melayu yang juga membangun Kesultanannya di wilayah pesisir pantai. Ketiga etnis ini kemudian menjadi penduduk utama kota Singkawang yang bersatu menjadikan kota Singkawang sebagai kota destinasi wisata budaya, wisata alam, wisata kuliner dengan pesona Heritage khas pecinan yang menyedot wisatawan luas untuk berkunjung di kota yang juga disebut sebagai Kota Seribu kelenteng ini. 

Lokasi Rindu Alam Pantai di Singkawang : (singkawangwisata.blogspot.com)
Lokasi Rindu Alam Pantai di Singkawang : (singkawangwisata.blogspot.com)
Pada tahun 2015 Setara Institute menobatkan Kota Singkawang sebagai kota paling toleran di Indonesia karena berdiri dengan damai di atas keberagaman agama dan budaya masyarakatnya selain sebelumnya juga kota Singkawang menyandang penghargaan Adipura sebagai kota terbersih. 

Letak Klenteng yang berdampingan dengan Masjid Raya Singkawang menunjukkan toleransi masyarakatnya : (triptrus.com)
Letak Klenteng yang berdampingan dengan Masjid Raya Singkawang menunjukkan toleransi masyarakatnya : (triptrus.com)
Berjalan dalam derasnya modernisasi dan arus pembangunan, kota Singkawang memegang peranan penting sebagai model bagi toleransi umat beragama yang menjujung tinggi nilai-nilai luhur dalam keberagaman masyarakatnya yang majemuk dan terus membangun dari kampung persinggahan menuju salah satu kota destinasi wisata di Indonesia.*** 

Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun