Keempat, jika pemerintah dan elit politik meremehkan peran mereka dalam mengkritik otoritas, hal ini juga dapat mempengaruhi persepsi publik di masyarakat secara luas. Misalnya, ketika suatu pemerintah secara terang-terangan salah mengartikan atau meremehkan kritik dari kelompok tertentu di masyarakat, hal ini dapat mengarah pada gambaran opini publik yang meremehkan atau mengutuk para pengkritik tersebut.
Kelima, kritik terhadap otoritas dalam lingkungan politik yang penuh kekerasan dan independen sering kali dipandang sebagai strategi untuk menciptakan ketidakstabilan dan kekacauan. Salah satu contohnya adalah ketika demonstrasi damai dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan nasional dan para demonstran dicap sebagai provokator atau penghasut yang berupaya mengganggu ketertiban.
Krisis otoritas merupakan tonggak penting dalam kemajuan sosial dan politik kita. Ketika kita menantang pihak berwenang yang gagal menanggapi kebutuhan dan keinginan masyarakat, kita membuka jalan bagi perubahan ke arah yang lebih baik. Di masa krisis, kita tidak hanya melindungi hak-hak kita sebagai warga negara, namun juga memperkuat landasan demokrasi yang harus melayani kepentingan semua orang, bukan hanya segelintir elit.
Oleh karena itu, penting untuk membangun budaya kritis yang sehat di masyarakat, dimana pendapat yang berbeda dihormati dan didengarkan, namun dengan rasa hormat dan tanggung jawab. Kritik terhadap otoritas juga harus diselaraskan dengan partisipasi aktif dalam proses demokrasi. Oleh karena itu, tidak ada keraguan bahwa ada kebutuhan untuk mengkritik pemerintah saat ini. Jadi marilah kita menghadapi krisis ini dengan berani. Karena ini adalah awal dari perubahan yang nyata.