Mohon tunggu...
willemrawung
willemrawung Mohon Tunggu... Guru - Hidup untuk memanusiakan manusia

Kehidupan ada karena cinta dan anugerah maka indahkanlah kehidupan sebelum hati itu padam.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Dilema Etika: Guru sebagai Pemimpin dan Kemampuan Mengambil Keputusan

19 Februari 2022   15:57 Diperbarui: 19 Februari 2022   16:03 3639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kesimpulan seluruh isi dari pemahaman proses pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara (KHD) terletak pada murid. Mengapa? Karena menurut KHD murid memiliki potensi masing-masing dan tugas guru adalah mengembangkan potensi yang dimiliki sesuai kehendak murid. Bahkan guru harus berhamba pada murid karena murid satu-satunya tujuan akhir dari proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas. 

Menetapkan bahwa murid adalah bagian integral dari proses belajar maka guru harus menempatkan murid pada porosnya dengan tidak melupakan kodrat alam dan kodrat jaman, budaya, nilai kebangsaan dan nilai kemanusiaan. 

Tujuannya adalah kemerdekaan belajar murid. Ketika murid merdeka, bahagia dan memperoleh kedamaian dalam belajar maka guru tersebut oleh KHD disebut sebagai guru yang memiliki nilai guru penggerak.

Nilai-nilai seperti kodrat alam, kodrat jaman, budaya, kebangsaan, kemanusiaan dan kemerdekaan belajar seharusnya menjadi terdepan untuk pengambilan keputusan. Mengapa? Oleh KHD nilai tersebut adalah bagian dari nilai kebajikan universal yang dapat dijadikan patokan dalam upaya edukasi. 

Nilai budaya tidak dapat dilepaskan sebagai salah faktor yang dapat mempengaruhi keputusan yang diambil. Guru yang dididik dengan menghargai budaya setempat akan melihat kasus dari sudut pandang budaya dan hidup sosial masyarakat. Akan ada saatnya suatu nilai budaya yang lahir dari kodrat alam "bertentangan" dengan nilai kebajikan universal. Sama halnya juga dengan kodrat jaman yang membutuhkan pertimbangan hati nurani apakah "perkembangan" dapat diterima atau ditolak.

Dapat terjadi bahwa sebuah kasus adalah pertentangan antara nilai budaya yang perlu dilestarikan, tetapi di sisi lain nilai tersebut oleh masyarakat modern dianggap tidak bermanfaat karena disamakan dengan pesta pora (carpe diem). Misalnya Pengucapan Syukur (Thanksgiving) oleh masyarakat pada umumnya dianggap sebagai budaya tetapi sebagian merasa Pengucapan syukur hanya buang-buang uang saja (nilai budaya dan asas manfaat). 

Atau nilai budaya yang dianggap tabu seperti pada contoh budaya orang meninggal di beberapa desa semua bunga yang disumbangkan harus dibawa ke kuburan, atau ajaran-ajaran lainnya yang kental dengan nilai budaya setempat (contoh budaya bungkus makanan di acara pesta, dan lain-lain). Budaya-budaya tertentu masih kental dan mempengaruhi keberadaan nilai-nilai universal.

Contoh yang disebutkan pada paragraf sebelumnya menunjukkan dilema paradigma antara nilai pribadi lawan nilai masyarakat. Manakah keputusan yang akan diambil? 

Apakah keputusan tersebut sudah sesuai atau masih bertentangan? Bagaimana kalau kasus-kasus seperti ini terjadi dalam lingkungan sekolah atau kelas? Tidak mudah memang untuk menjadi pengambil keputusan. Tetapi perlu diingat bahwa dalam pengambilan keputusan yang memiliki 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah sebagai guru sangat diperlukan paham dan mampu melaksanakan praktik coaching.

Kaitan antara pengambilan keputusaan sebagai pemimpin pembelajaran dengan praktik Coaching sangat jelas berhubungan. Coaching adalah salah satu bentuk pendekatan komunikasi guru sebagai pendidik. Dalam praktik coaching guru perlu ingat bahwa murid adalah pribadi yang merdeka yang perlu didengarkan dan bukan dibiarkan. 

Muridlah yang menentukan arah dan tujuan atas keputusan yang diambil. Ini berarti guru harus punya kepercayaan terhadap murid atas segala potensi yang dimiliki. Harapannya dalam proses coaching murid menjadi lebih terarah dan menemukan sendiri solusi secara mandiri dengan tujuan dapat meningkatkan potensi diri murid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun