Mohon tunggu...
Willem Hans Wakim
Willem Hans Wakim Mohon Tunggu... -

nguli

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hidup dalam Ketegangan

14 Februari 2011   06:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:37 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekilas melihat judul di atas, bisa jadi yang langsung terlintas dalam benak kita adalah hal-hal tidak baik, misalnya stres atau konflik.Namun, tunggu dulu.Kita jangan terburu-buru memikirkan hal-hal yang demikian.Oleh karena yang dimaksudkan di sini yaitu bahwa hidup kita ini selalu berada dalam suatu ketegangan yang dinamis, antara hidup yang dibiarkan mengalir begitu saja dengan hidup yang harus direncanakan.

Umumnya kita semua berada dalam salah satu dari dua pola berpikir dan hidup yang demikian.Orang yang memilih untuk membiarkan hidupnya mengalir begitu saja, dijalani seperti apa adanya, bisa dipastikan akan berada pada puncak karier atau kehidupan yang biasa-biasa saja.

Yang melatarbela­kangi mengapa orang berpikir untuk menjalani hidup apa adanya karena cara berpikirnya pun biasa-biasa saja.Dia berpikir bahwa apa gunanya hidup ini pakai rencana segala, toh saya tidak mempunyai kemampuan, entah yang intelektual akademis, orang backingan, tapi terutama finansial, yang dapat menunjang untuk mencapai big plan yang dibuat.Jadi, ngapain saya harus berlelah-lelah membuat rencana hidup yang besar-besar, yang menguras pikiran, waktu, dan tenaga!Semua itu tidak ada gunanya.Hanya menambah beban hidup yang sudah ada saja.Toh saya sudah bahagia dengan apa yang sudah dimiliki saat ini.

Dampak dari pola hidup yang begini adalah dunia pekerjaan yang digelutinya dijalani begitu saja tanpa dimaknai sebagai suatu berkat dan kesempatan untuk berkarya dan mengembangkan diri.Pekerjaannya pun lebih sering berpindah-pindah ketimbang berlama-lama, apalagi bertahan terus di satu tempat.Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pun dilihat dengan pola berpikir ya, kalau ada syukur, kalau tidak ada pun, ya syukur.Padahal ini adalah sebuah cara berpikir yang tidak baik dan dapat dikatakan sebagai sebuah pembenaran atas ketidaksemangatan hidupnya, atau bahkan paling ekstrem, kemalasan, kelesuan hidupnya, keengganannya untuk berjuang meraih yang lebih baik lagi. Hidup orang yang seperti ini lebih banyak berada dalam ketidakpastian dan ketidakmenentuan.

Orang yang berada pada pola hidup yang kedua, yaitu merencanakan hidupnya, bisa dipastikan akan mengalami puncak karier dan kehidupan yang cemerlang, mencapai suatu kebahagiaan hidup yang memang dia impikan selama ini.

Cara berpikirnya diibaratkan seperti seorang serdadu yang sedang terjebak dalam kepungan musuh sehingga dia harus memutar otak untuk bisa lolos.Cara berpikirnya adalah berpikir sebagai seorang pemenang, bukan seorang yang biasa-biasa saja, apalagi seorang yang kalah.Artinya, orang yang hidup dengan pola ini mempunyai semangat untuk harus tetap hidup, harus bisa keluar dari kemelut hidup yang mengungkung, dan harus bisa meraih kemenangan dalam hidup; harus meraih nilai-nilai atau suasana kebahagiaan seperti yang diimpikan dan direncanakannya.

Hidupnya dilihat sebagai suatu proyek besar.Oleh karena itu, dia membuat big plan kehidupannya.Bahkan, segala sesuatu dari big plan ini dibuat sedetail-detailnya supaya bisa diperhitungkan dan diukur tingkat keberhasilannya demi menuju tujuan utama dari proyek hidupnya tersebut.Setiap tantangan, apalagi kesempatan, dilihat sebagai peluang emas untuk meraih sesuatu yang lebih baik dan lebih tinggi lagi dalam hidup.Dia juga telah mempersiapkan alternatif-alternatif lain dalam hubungan dengan jalan mencapai kebahagiaannya, sehingga ketika yang ini tidak berhasil, dia segera berpindah ke yang itu, begitu seterusnya.Hidupnya lebih berada dalam suatu kepastian lantaran segala sesuatunya sudah direncanakan dengan baik.

Sekalipun orang yang berada dalam pola hidup seperti ini tidak seratus persen mencapai apa yang diimpikan dan yang sudah direncanakannya dari awal, tetapi biasanya paling tidak dia berada dalam sebuah kepastian hidup.Dia berhasil bekerja di bidang yang dia cintai dan sukai.Dia berhasil menduduki atau meraih posisi dalam pekerjaan seperti yang dia ingini dari dulu.Dia benar-benar mencintai dan menikmati apa yang dipunyai dan dikerjakannya.Semuanya ini tentu mendatangkan nilai dan suasana kebahagiaan seperti yang dia impikan.

Namun, hal yang perlu kita garis bawahi adalah orang-orang yang selalu berada dalam perencanaan hidup, melihat hidupnya sebagai suatu proyek besar, umumnya berhasil dan menjadi orang-orang hebat di tengah-tengah komunitasnya.Dan saya dapat katakan tanpa ragu bahwa hampir semua orang hebat di dunia ini adalah orang-orang yang demikian.Orang-orang yang melihat hidup ini sebagai sebuah proyek, karena itu perlu direncanakan dan perlu perencanaan.

Segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita memang harus dibiarkan mengalir.Juga, hidup adalah proses dan kita sepatutnya membiarkan proses-proses itu berlangsung.

Namun, harus kita ingat, aliran hidup ini membutuhkan alur yang baik dan benar untuk ia mengalir.Alur yang memadai supaya ia mengalir, bukan mampet.Bukankah segala sesuatu yang mengalir di dunia ini membutuhkan saluran yang baik dan benar untuk dia mengalir?

Hidup adalah proses, tetapi proses yang butuh diarahkan pada akhir yang baik dan benar, bukan kehancuran.Sebab sejarah memperlihatkan bahwa proses-proses kehidupan manusia, selama berada dalam batas-batas jangkauan dan pengendalian manusia, namun tidak diarahkan dengan baik dan benar, telah berakhir dengan kehancuran dan bencana, bukan kebahagiaan.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun