Mohon tunggu...
Wildan Hakim
Wildan Hakim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen I Pengamat Komunikasi Politik I Konsultan Komunikasi l Penyuka Kopi

Arek Kediri Jatim. Alumni FISIP Komunikasi UNS Surakarta. Pernah menjadi wartawan di detikcom dan KBR 68H Jakarta. Menyelesaikan S2 Manajemen Komunikasi di Universitas Indonesia. Saat ini mengajar di Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Jakarta dan Peneliti Senior di lembaga riset Motion Cipta Matrix.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Bersepeda di Jalur Cianjur hingga ke Rindu Alam Puncak (1)

11 Juni 2015   21:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:06 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jakarta masih dibekap gelap. Pagi itu, 21 Maret 2015, saya dan Fajar Budiman tengah bersiap. Usai shalat subuh berjamaah, kami berdua langsung bergerak sigap.

Pagi itu, dari rumah Fajar di komplek Divkum Cipinang kami menggowes sepeda menuju Acin Bike Corner (ABC) di Jalan Cipinang Muara Jakarta Timur. Di sana, para anggota ABC sudah menunggu. Puluhan sepeda gunung dari berbagai merek hadir di pagi buta mengiringi penggowesnya.

Satu per satu sepeda yang tiba dilepas roda depan dan belakangnya. Selanjutnya, sepeda dimasukkan ke mobil ELF. Melepas roda ini bukan hal sulit bagi para biker yang sudah lama bermain sepeda gunung. Sebagai pemula, saya sempat kesulitan mempraktikkan aksi lepas ban ini. Asal tahu saja, saat itu, belum ada sebulan saya aktif bermain sepeda gunung.

Demi merasakan sensasi bersepeda gunung di area perbukitan, saya menyanggupi ajakan Fajar bersepeda ke Cianjur dan Rindu Alam Puncak Bogor Jawa Barat. Kapan lagi berkesempatan gowes bersama puluhan biker lain?

Sabtu pagi itu menjadi lanjutan petualangan cerita bersepeda saya. Dalam suasana yang penuh canda, perjalanan dari Cipinang Jaktim menuju Cianjur ditempuh selama 2,5 jam. Sekira pukul 08.00 WIB rombongan ABC tiba di Wisma Kompas Gramedia di Jalan Raya Pacet No. 37 Cipanas Cianjur Jawa Barat. Sepeda-sepeda lantas diturunkan. Roda-roda kembali dipasang. Lagi-lagi untuk urusan yang satu ini saya kelimpungan. Beruntung, ada koh Acin yang dengan baik hati membantu saya memasang roda.

Ciut juga nyali saya saat melihat aneka rupa sepeda milik anggota ABC lain. Di ajang gowes kali ini, saya menyaksikan sendiri rupa sepeda gunung dari yang berharga Rp5 jutaan seperti milik saya hingga sepeda yang berharga Rp60 juta.  Dari dulu saya meyakini, ada harga ada rupa. Harga sepeda yang mahal akan lain ceritanya dengan sepeda biasa-biasa saja.

Tapi, dalam urusan besikal, penggowes punya peran penting. Percuma bersepeda mahal kalau kemampuannya tak mumpuni. Ini sih sekadar ungkapan batin saya saat terkesima melihat sepeda keren milik anggota ABC lainnya.

Melintasi trek kaca

“Siapa yang baru pertama kali ikutan gowes bersama?” terdengar suara serak dari seorang pria bernama Eko Sarwono. Pria asli Nganjuk Jawa Timur ini dikenal sebagai “komandan” di ABC.

Dengan semangat, saya dan Fajar mengangkat tangan kanan. Memberitahu kepada Pak Eko bahwa kami berdua ini pemula di urusan bermain sepeda gunung.

“Oke, nanti di belakang saya ya. Ingat, nanti kita akan melewati bukit Aquila. Setelah itu akan menuruni bukit. Nah di situ ada trek yang namanya trek kaca. Hati-hati sebab licin banget,” paparnya lugas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun