Mohon tunggu...
Wiladah Az-Zahra
Wiladah Az-Zahra Mohon Tunggu... -

an ordinary girl who always try to make everything different

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hari ke-152 [Reena and Nathan]

27 Februari 2012   03:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:57 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

“Hai, boleh kenalan?” tanyaku. Aku memberanikan diri berdiri di depannya.

Perempuan itu mendongak melihatku. Bola matanya mengunci bola mataku. Sungguh mata itu indah sekali. Juga senyuman kecil di bibir tipisnya.

“Sepertinya aku sering melihatmu. Kamu sering ke taman ini juga ya?”

Aku mengagguk. Kuulurkan tanganku, dengan cepat ia meraihnya.

“Nathan,” kataku.

Dia terdiam. Dahinya berkerut.

“Mmmm,”

“Ada apa?”

Dia menggenggam tanganku semakin erat. Kerutan di dainya semakin banyak dan rapat. Malah sekarang dia memejamkan matanya.

“Namaku… namaku,”

Tiba-tiba handphoneku berdering.Aku melepaskan tangannya kemudian merogoh saku. Sementara itu dia melihatku dengan heran.

“Bagaimana perkembangan Reena?”

Aku menarik nafas kemudian menoleh sebentar melihat perempuan yang tadi ku ajak berkenalan.

“Reena sudah mulai melupakan dirinya. Sepertinya apa yang dokter bilang pelan-pelan terjadi.”

“Aku minta maaf. Penyakit ini belum ada obatnya. Mungkin beberapa minggu lagi akan lebih parah. Aku hanya menyarankan jangan pernah meninggalkannya sendiri.”

Aku menutup telfon setelah tidak ada lagi yang ingin dokter pribadi Reena katakan. Aku membalikkan badan, kaget karena perempuan tadi ternyata sudah ada di depanku.

“Maaf, ini tadi jatuh.” Dia menyodorkan saputanganku yang agak sedikit kotor.

Aku mengambil saputangan itu.

“Aku Reena.” Dia menyodorkan tangannya.

Aku bergeming. Dia mengingat namanya. “Aku Nathan.” Kujabat tangan itu.

“Sepertinya aku sering melihatmu. Kamu sering ke taman ini juga ya?” tanyanya.

Aku mengangguk.

“Mau menemaniku berkeliling?”

“Iya.”

Dia mulai melangkah. Aku mengiringi langkahnya. Ini untuk yang kesekian kalinya.

Reena, jauh saat dokter memvonismu mengidap Alzaimer, aku tau bahwa suatu hari kau akan melupakan semuanya. Dirimu, kehidupanmu juga aku. Tapi, itu bukan masalah buatku. Aku mencintaimu saat kau sehat juga sekarang saat kau sakit. Aku tidak akan meninggalkanmu. Walaupun setiap saat ketika kita bertemu, kita harus mengulang perkenalan kita, buatku itu bukanlah masalah yang besar.

Ini mungkin adalah ke-152 kali aku berkenalan dengan Reena. Di tempat yang sama seperti pertama bertemu dan juga senyum yang sama.

****

“Nathan, kata dokter Alzaimer itu bisa buat aku melupakan semuanya kemudian melumpuhkan semua syarafku kemudian membuat aku seperti mayat hidup dan akhirnya ma…”

“Aku tau.” Aku memotong kata-katanya.

“Lalu mengapa kau tidak panik atau—atau mencari penggantiku saja? Mengapa kau malah lebih sering lagi menemaniku?”

Reena bodoh! Hal itu kan tidak perlu dipertanyakan. “Karena aku tidak akan meninggalkanmu. Walaupun kau melupakanku. Karena aku yakin yang melupakanku adalah otakmu bukan hatimu.”

Aku tidak tau kalau kata-kataku itu membuat Reena menangis. Dia bilang dia sangat terharu dan berterimakasih.

Reena, cukup genggam saja tangaku. Dan aku berjanji akan membuatkanmu piringan hitam kenangan kita.

Untuk sahabatku N-A

Semoga segera bertemu dengan Nathanmu.

Aku ingin segera menelfonmu lagi. Miss U.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun