Mohon tunggu...
Wikan Widyastari
Wikan Widyastari Mohon Tunggu... Wiraswasta - An ordinary mom of 3

Ibu biasa yang bangga dengan 3 anaknya. Suka membaca, menulis,nonton film, berkebun.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Up and Down" Hubungan Aurel dan Mimi KD, Sebuah Pengamatan

27 Juli 2020   05:18 Diperbarui: 27 Juli 2020   05:23 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu si ayah ini melarang leras si istri untuk ikut campur dalam hubungan dia dengan anak-anaknya dan melarangnya untuk berkomunikasi dengan saya. Jadilah suasana damai tak ada masalah yang cukup berarti dalam relasi ayah dan anak.

Anak-anak memaafkan ayahnya, sayang dan hormat apapun yang telah dilakukan di masa lalu. Si ayah menyadari tanggung jawabnya dans elalu ada pada saat anak-anak membutuhkan.

Kembali ke kasus Aurel dan Mimi KD, berdasar pengamatan saya sih, sang suami ini tidak perlu mencampuri hubungan istri dengan anak-anaknya,. Tak perlu harus merasa menjadi pahlawan dengan alasan membela si istri. Lah ini kan pertengkaran biasa antara ibu dan anak.

Jika tak ada yang ikut campur, masalah  pasti tak akan menjadi melebar seperti sekarang ini. Selayaknya, beri kesempatan Mimi KD untuk memperbaiki hubungan dengan anak-anaknya, memberi ruang  bagi si istri untuk menjalin komunikasi, tidak ikut campur, tidak berkomentar yang akan membuat persoalan menjadi makin runyam, yang akan membuat anak sakit hati dan bertingkah tidak hormat.

Tidak hanya suami, kakak, saudara atau siapapun tak layak untuk membela sisi manapun, Biarkan ibu dan anak ini memiliki ruang nyaman untuk saling berkomunikasi dan mengungkapkan rasa sayangnya.

Untuk menyelesaikan persoalan "rasa" ini, selama-lamanya, yang diperlukan hanya kerendahan hati, sebagai yang lebih tua, bagi saya tak apa jika  Mimi KD meminta maaf pada anak. Minta maaf atas segala penderitaan anak-anak di masa kecil, minta maaf jika anak merasa sakit hati dan terluka.

Alih-alih mengatakan bahwa harus berterimakasih pada masa lalu. Dan membela diri terus menerus. Meminta maaf adalah awal untuk melakukan rekonsiliasi. Sebaliknya anak-anak juga harus meminta maaf pada Ibu mereka atas apapun yang mereka lakukan yang menyakiti hati ibu mereka.

Lalu keduanya sepakat untuk menerima masa lalu sebagai bagian yang harus diterima, ditutup dan tidak diungkit lagi. Lalu bicara dari ke hati apa yang mereka saling inginkan agar hubungan kedua belah pihak menjadi baik kembali di masa depan.

Saya rasa  jika saja itu bisa dilakukan pasti akan banjir air mata. Saya yakin bahwa dibalik keceriaan seorang Aurel, kemarahan MImi KD, hati mereka menangis dengan persoalan yang terus menerus merundung hubungan mereka. Sungguh melelahkan memendam sakit  hati dan saling membalas menyakiti. Apalagi sakit hati terhadap anak kandung dan ibu kandung, bagi saya itu sakit yang tak terperi.

Sudah saatnya semua keluarga membantu mereka melakukan rekonsiliasi dengan TIDAK IKUT campur dan memberi ruang kebebasan bagi ibu dan anak ini untuk bertemu dan berkomunikasi untuk menghapus segala sakit dan kesalah pahaman yang selama ini terjadi. Semoga semua bisa diselesaikan dengan baik dan bisa kembali menjalin hubungan yang sehat selayaknya ibu dan anak. Aamiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun