Mohon tunggu...
wikan widyastari
wikan widyastari Mohon Tunggu... wiraswasta -

A proud mother of 3 children

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kunci Bahagia di Usia Senja

17 Oktober 2015   09:25 Diperbarui: 17 Oktober 2015   10:04 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ibuku, sudah beberapa minggu ini terbaring di tempat tidur. Harus bedrest dengan kaki ditraksi karena patah sewaktu  jatuh di dapur. Usia Ibu sudah sepuh, 73 tahun, sehingga operasi bukan merupan pilihan. Minggu pertama dan kedua terasa sangat berat bagi ibu. Kami, saya, kakak dan adik-adik berusaha membuat ibu senyaman mungkin, tapi tentu saja, hanya bisa sedikit mengurangi penderitaan beliau. 

3 minggu di rumah sakit, Ibu sudah boleh pulang untuk dirawat di rumah, meski tetap, kaki harus ditraksi. Berminggu-minggu hanya bisa tidur dan bergerak sedikit memang memunculkan banyak keluhan. Punggung sakit, gatal dan susah tidur. Hampir tiap malam Ibu minta dibacakan Al Qur'an, dan dipijat. 

Saya beruntung bahwa sebagai satu-satunya anak yang tinggal serumah dengan Ibu, punya kakak-kakak dan adik-adik yang mnegerti betul arti Birrul Walidain. Mereka bahu membahu menyediakan 3 perawat untuk ibu dan Bapakku, sehingga aku tidak terlalu capai dan bisa sesekali mengerjakan hal yang lain. Semua kebutuhan bapak ibu kami dipenuhi oleh anak-anaknya. 

Pada suatu pagi, Ibu saya berkata,"Ibu pengin belajar dari Bapak, bagaimana caranya kok bapak bisa begitu tenang, damai. tenteram dengan kehidupan yangs ekarang bapak jalani" 

Bapak saya dulu adalah seorang Kepala Sekolah SD. Sangat aktif dengan berbagai kegiatan. Bapak saya membawa sekolah yang dipimpinya ketika itu menjadi sekolah teladan se Jogjakarta. Siapa sih ketika itu yang tidak mengenal Bapak Sarwoko? Bapak juga siaran di TVRI Jogja selama hampir 15 tahun dalam acara Kami Bantu Anda, sebuah siaran matematika dasar. Acara itu menjadi legenda sampai sekarang. Bahkan bapak pernah juga menjadi pemain figuran Film Siulan Rahasia yang dibintangi aris cilik Ria Irawan ketika itu. Menjadi guru pramuka.

Lalu menjelang usia pensiun, penglihatan bapak sedikit demi sedikit  berkurang karena glucoma. Di usianya 65 tahun, bapak kehilangan pengelihatannya secara total. Praktis aktifitasnya harus berkurang total. Sebagai seorang yang sangat aktif pada masanya, pasti berat bagi bapak dengan kondisi kehilangan penglihatan itu. Tapi saya tidak pernah sekalipun mendengar beliau menyesali keadaannya. Beberapa tahun di awal kehilangan penglihatannya bapak masih produktif, masih bisa mengarang buku dan menulis cerita dengan bantuan Ibu dan yang lain untuk menuliskannya. Bapak juga masih aktif mengatur ini dan itu kalau keluarga mempunyai acara. Bapak adalah orang yang sangat detail dalam merencanakans esuatu sehingga kami harus iap dengan jawaban kalau banyak menanyakan.

Lalu pada suatu hari Bapak terbangun dalam kondisi bingung, ternyata bapak kena stroke ringan, yang Alhamdulillah bisa ditangani dengan baik. Namun sejak itu memori bapak kian menurun, pendengarn kian menurun, dan kekuatan tubuh juga kian  menurun. Proses penuaan, yang memang sudah sunatullah, dialami bapak dan dirasakan prosesnya dari hari ke hari, selain kegelapan yang memang sudah menemani bapakku bertahun-tahun lamanya.

Kadang kala, saya berurai airmata bila memandang Bapakku duduk diam di kursi di kamarnya, sambil emndengarkan radio. Satu-satunya hiburan yang bisa dinikmati beliau. Terharu rasanya menyaksikan bapakku, yang dulu begitu gagah, berwibawa, sarat dengan aktifitas, sekarang hanya bisa duduk dalam kegelapan tanpa keluhan. tanpa kemarahan, tanpa menyesali nasib. Hampir semua aktifitasnya harus dibantu.  Bagi saya Bapak sungguh luar biasa. Semua keadaan bisa diterimanya dengan tenang dan lapang dada. Bapakku, benar-benar tenteram dan damai di usia senjanya. Tidak ada pemberontakan, tidak ada protes, hanya menjalani dengan legowo, dengan semeleh. Usia Bapaks ekarang 83 tahun.

Lalu dihari selanjutnya Ibuku bercerita, bapak bilang, kunci bapak untuk menjalani masa tua dengan segala keterbatasan kondisi yang sunggh sulit, namun tetap merasa nyaman dan damai adalah merasa cukup. Merasa qonaah. Dulu waktu muda sudah merasakan semua nikmat yang Allah berikan. Melahirkan ribuan murid-murid beprestasi, yang bahkan sampais ekarang masih banyak yang berkunjung ke rumah untuk bersilaturahmid engan bapak. Menjadi guru teladan, dan menjalani berbagai peran diperintahkan Allah dengan sebaik-baiknya. Lalu ketika Allah menghendaki berhenti dari semua peran itu dan menjalani kehidupan yang sekarang. Ya sudah jalani saja dengan sebaik-baiknya. Dengan ikhlas, karena merasa cukup, dengan semua eksempatan yang telah diberikan ketika muda. Tak ada lagi pemikiran tentang dunia, tak ada lagi kekhawatiran dengan dunia. Menyerahkan sepenuhnya semua pada Allah, menjalani sepenuhnya ketentuanNya dengan ikhlas. Itulah maka Bapak merasa damai, tenteram dengan segala kondisi yang dialaminya.

Sungguh, begitu banyak pelajaran bisa diambil dari kedua orangtua ku. Bapak dan Ibuku. Sungguh saya bangga punya orangtua seperti mereka. Berusaha memberikan semua yang terbaik untuk kami anak-anaknya. Memberikan teladan, membesarkan kami. Tak ada apapun di dunia ini yang bisa membalas kebaikan mereka. Maka aku hanya berdoa dalam tiap-tiap sujudku, doa erbaik untuk kedua ibu bapakku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun