Candi ini bernama Candi Keraton Ratu Boko. Terletak di bagian utara Kota Jogja, yakni Bokoharjo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Konon candi ini dibangun oleh wangsa syailendra yang ber agamakan Budha pada abad ke-8 yakni Rakai Panangkaran seperti yang tertulis pada prasasti Abhayagiri Wihara pada tahun 792 Masehi (menurut penjelasan dari tourguide).Â
Aku mengunjungi Candi Keraton Ratu Boko bersama dengan 9 temanku, jadi kalo dijumlah kita ber sepuluh. Kita berangkat pagi jam 8 dari kampus tercinta kita. Perjalanan dari kampus sampai ke Candi Keraton Ratu Boko memakan waktu sekitar setengah jam saja. Lumayan lah yaa. Kita mencari jalan menggunakan bantuan maps, dan sampailah kita di lokasi Candi Keraton Ratu Boko sekitar pukul 8.40. Matahari udah lumayan nyengat, tapi belum seintens siang hari. Sesampainya kita disana kita langsung beli tiket, dan untuk harga tiket per orang (dewasa) sejumlah Rp. 40.000. Jadi, dijumlahkan kita ber sepuluh Rp. 200.000.
Kita mengunjungi candi ini dengan niat yang mulia: membuat video kreatif ala kita. Tapi siapa sangka, di balik tugas yang awalnya kupikir bakal melelahkan, ternyata menyimpan cerita yang seru, lucu, dan bikin kulit makin sawo matang. Sejujurnya, aku belum pernah ke Candi Ratu Boko sebelumnya. Meskipun tempat ini nggak terlalu jauh dari pusat kota Yogyakarta, rasanya selalu ada alasan buat menunda pergi. Entah karena cuaca, tugas, atau males aja. Tapi hari ini beda. Dosen mata kuliah Peradaban Islam menantang kita buat bikin konten video kreatif orisinal yang mengangkat unsur budaya atau sejarah lokal. Jadilah kita milih Ratu Boko, karena view-nya cakep dan punya nilai sejarah tinggi.Â
Begitu masuk area, langsung kerasa hawa-hawa mistis bercampur eksotis. Ratu Boko bukan tipe candi yang penuh dengan arca seperti Borobudur atau Prambanan. Ini lebih ke reruntuhan istana, dengan lanskap yang luas, batu-batuan besar, dan pemandangan yang luar biasa cantik. Kami langsung cari spot buat mulai take video. Ide kontennya sederhana: semacam video pendek yang menggabungkan elemen dokumenter dan storytelling. Narasinya tentang sejarah Ratu Boko, tapi dikemas dalam bentuk percakapan ringan dan visual menarik. Dan aku bertugas buat setting audio, bergantiansama temenku, karena semua anggota bakalan keliatan di video kreatif kita. Masalah mulai muncul saat matahari makin tinggi. Panasnya luar biasa. Bayangin aja, di atas bukit, jam 10 pagi ke atas, dan nggak banyak pohon rindang. Kami semua mulai kayak ayam panggang. Temen-temen yang pake make up mulai melting. Kameramen (yang juga temen kami sendiri) mulai kesulitan atur pencahayaan. Dan aku? Aku nyesel kenapa nggak bawa payung atau topi.Â
Sekitar jam 1 siang, syuting akhirnya kelar. Kami semua langsung nyari tempat duduk di area teduh, buka bekal masing-masing, dan minum air sebanyak mungkin. Rasanya lega banget. Kayak abis ngelewatin gladi resik kehidupan. Panas? Iya. Lelah? Banget. Tapi puas? Tentu saja. Setelah kita istirahat kita sepakat buat foto di depan candi. Dan kita minta bantuan pengunjung lain untuk mangambil potret kita. BAGUS BANGET!! Habis kita foto dan cipika cipiki, nah kita liat nih sekeliling lagi, ada banyak mahasiswa juga, merekalagi main mainan tradisional, seperti egrang, congkak, hulahop, dan masi banyak lagi. Dan itu bayarnya cuma se ikhlas nya aja plis. Kita seru-seruan banget disitu, berasa kaya anak bocah SD lagi. Setelah kita puas, kita jalan lagi dan kita liat sekelompok nenek dan kakek kakek yang ada di salah satu pendopo yang ada di Candi Keraton Ratu Boko. Mereka sedang menyanyikan lagu lagu jawa yang otentik. Mereka lucuuu banget, si nenek nya suara nya bagus, kakek kakek nya juga keliatan jago banget main gamelan gamelan nya.Â
Selepas kita nontonin persembahan yang bagus itu, kita jalan lagi dan mutusin buat keluar candi karena emang udah sore, walaupun tutupnya masih jam 17.30, tapi kita udah cukup puas mengelilingi seisi Candi Keraton Ratu Boko ini. Kita keluar sekitar jam 3 kurang lebih. Kita mutusin buat cari makan, dan kita menuju mie ayam sebelah kampus, behhh itu enak banget dan cuma harga 7 ribu doang, udah kenyang.
Yang paling bikin seneng adalah, momen hari ini bukan sekadar tentang tugas. Tapi tentang proses bareng-bareng, saling bantu, dan punya pengalaman unik yang nggak bakal kita dapetin di kelas. Seharga 40 ribu aja udah bisa ngelilingin Candi Keraton Ratu Boko, yang emang seluas itu gais, kita banyak ambil footage yang bagus buat kita masukin video kreatif kita. ANTI BONCOS. Ga sia sia deh kesini, karena emang worth it buat ambl footage yang keren keren. Kadang kampus ngasih tugas yang kelihatan ribet, tapi ternyata itu jendela buat kita ngerasain hidup di luar zona nyaman. Termasuk zona nyaman AC dan kipas angin. Candi Ratu Boko, buatku, bukan cuma lokasi syuting. Tapi jadi tempat belajar hidup. Tentang kerja sama, tentang sabar dalam panas, tentang lucunya momen-momen kecil yang nggak direncanakan. Aku pulang bawa memori yang hangat (dan kulit yang makin eksotis). Dan yang paling penting: bahan video udah cukup buat dipresentasikan minggu depan!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI