Mohon tunggu...
darmawijaya naibaho
darmawijaya naibaho Mohon Tunggu... Petani - MAHASISWA

REVOLUSIONER AKTIF

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hilangnya Jiwa Mendidik dari Dalam Diri Sang Pendidik

28 Agustus 2020   07:26 Diperbarui: 28 Agustus 2020   07:22 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bapak-Ibu dosen, aku rindu

Sering aku mendengar namamu terpanggil sebagai penerima penghargaan ini dan itu, sering juga aku mendengar namamu dibangga-banggakan oleh banyak orang. 

Sering juga aku melihat namamu terpampang disebuah artikel online, bahkan namamu sering sekali terlihat dikoran dengan tulisan-tulisanmu yang begitu luar biasanya. 

Betapa bangganya aku melihat semua pretasi yang telah engkau torehkan. Kariermu yang begitu bagus diluar sana, waoooo ucapku seketika menyadari semua capaian-capaian luar bisamu.

Kini tiba saatnya aku duduk melihat sosokmu secara langsung berdiri didepanku, aku membayangkan semua keluarbiasaanmu yang pernah aku dengar, lihat, bahkan aku bertemu langsung dengan orang-orang yang memuja Dan memuji semua karya-karyamu bapak-ibu dosen kami yang luar biasa. Namun semua berbanding terbalik, saat sosok yang luarbiasa tidak dapat menerima sedikit kritik dari mahasiswanya sendiri.

Budaya diskusi yang semakin menghilang dan bahkan hampir tak pernah ditemui dalam ruang kelas. Kaku. Hening. Tak ada yang istimewa. Penjelasan dari setiap materimu engkau cantumkan dalam microsof power point, engkau jelaskan semua kepada kami. Luar biasa memang bila dilihat seketika. 

Namun bukan hanya itu yang kami inginkan darimu. Kami menginginkan sosokmu yang penuh dengan wibawa akan tetapi, masih dapat mememahami kami sebagai mahasiswamu.

Sering aku menonton film tahun-tahun jadul (jaman dulu) tentang mahasiswa, aku melihat pakaian dosen dengan mahasiswanya tidak jauh beda, bahkan dosen terlihat lebih muda dari mahasiswanya. 

Sebenarnya bukan masalah pakaian saja yang paling penting, akan tetapi bagaimana dosen di jaman dulu memahami mahasiswanya, duduk bersama dikursi taman kampus, berdiskusi di kantin kampus sembari menyeruput kopi. Mereka membicarakan semua hal diluar dari pelajaran mahasiswanya.

Bila dari pandanganku, aku melihat dosen di masa itu sangat menyenangkan. Sekarang, jangankan duduk bersama berdiskusi sembari menyeruput kopi. Menemuimu untuk bimbingan skripsi pun sangat sulit. Aku sering sekali mendengar abang dan kakak senior mengeluhkan hal itu. Kasihan aku melihatnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun