Kita seringkali membaca tentang kepemimpinan. Baik itu kepemimpinan kepala daerah maupun sebagai kepala negara. Tentu tidak mudah menjadi seorang pemimpin, apalagi menjadi pemimpin sebuah negara besar yang majemuk seperti Indonesia. Diperlukan kepemimpinan yang handal agar dapat terus dipercaya oleh rakyatnya dalam periode yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Sebelum kita bisa memimpin sebuah negara, kita harus mampu memimpin diri sendiri dulu. Oleh karena itu jadilah pemimpin bagi dirimu sendiri. Bila dirimu telah mampu untuk menjadi pemimpin untuk dirimu sendiri, maka kamu akan dapat memimpin orang lain yang ada di sekitarmu.
Bulan ramadhan mengajarkan kepada kita untuk menjadi seorang pemimpin bagi diri kita sendiri dengan menjalankan ibadah puasa.
Seorang pemimpin tidak banyak menuntut, tidak banyak berkeluh kesah, tidak mengadu domba, dan tidak banyak meminta. Baginya tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah. Lebih banyak memberi daripada menerima.
Rasulullah SAW bersabda: “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinan kamu.” (HR Bukhari dan Muslim)
Sebenarnya, salah satu elemen penting dalam kehidupan seorang manusia adalah memimpin. Bila kita mampu memimpin diri kita ke arah Syakhsiah (kepribadian) Islam yang cemerlang maka akan menjadi kemuliaan bagi diri kita. Di samping itu, kita mesti memimpin diri orang lain agar kehidupan kita bersama manusia lain di dunia ini dapat diseimbangkan ke arah generasi Al-Quran. Generasi yang senantiasa membaca Al-Qur’an dan mengamalkan apa yang telah difirmankan oleh Allah.
Hadis di atas jelas menunjukkan bahwa setiap diri kita adalah pemimpin. Namun demikian, tidak semua orang mampu menjadi pemimpin bagi orang lain dengan baik, dan mengikuti landasan Islam yang sebenarnya. Dunia akan kacau jika semua manusia ingin menjadi pemimpin dan enggan menjadi orang yang dipimpin, ataupun sebaliknya semua orang ingin menjadi yang dipimpin dan tidak seorangpun yang mau menjadi pemimpin. Oleh karena itu, Allah SWT dengan sifat bijaksananya dalam masalah kepemimpinan telah menjadikan manusia dalam 3 katagori sesuai dengan kepribadian manusia tersebut, yaitu ada segolongan manusia yang dijadikan menjadi seorang pemimpin, golongan lain sebagai yang orang-orang yang dipimpin, serta orang-orang yang digolongkan sebagai pengadu-domba yaitu mereka yang enggan menjadi pemimpin dan enggan dipimpin.
Seorang pemimpin menurut pakar pendidikan, Prof. Dr. H. Arief Rachman, M.Pd dalam pengarahannya kepada para guru di sekolah kami harus memiliki 3 kriteria atau ciri yang dimiliki, yaitu :
1. Khalifah, memiliki sifat kepemimpinan dari dalam diri yang tinggi
2. Abdullah, memiliki sifat melayani dengan sepenuh hati sebagai hamba Allah
3. Jamaah, memiliki sifat untuk selalu bekerjasama dalam melaksanakan aktivitas