Ketika pertama kali serius menulis blog, saya sering merasa tulisan saya seperti berbicara sendiri. Jarang ada yang membaca, apalagi meninggalkan komentar. Saat itu saya mulai aktif blog walking. Saya berkunjung ke blog sahabat-sahabat baru, membaca tulisannya dengan hati, lalu memberikan komentar sederhana namun tulus.
Ternyata, mereka pun berkunjung balik ke blog saya. Dari sanalah terjalin komunikasi. Lama-kelamaan, kami semakin akrab. Ada yang awalnya hanya sekadar pembaca, akhirnya menjadi sahabat pena digital. Bahkan, beberapa di antaranya kini menjadi rekan nyata dalam kegiatan literasi, pelatihan guru, hingga kolaborasi menulis buku.
Dari blog, saya menemukan sahabat. Dari blog walking, saya belajar bahwa silaturahmi tidak selalu harus bertatap muka. Dunia maya pun bisa menjadi jembatan.
Apresiasi yang Menumbuhkan Semangat
Saya percaya, setiap penulis membutuhkan apresiasi. Menulis itu menguras energi dan pikiran. Bayangkan betapa bahagianya seorang blogger ketika tahu tulisannya dibaca orang lain, bahkan mendapat komentar positif.
Saya pernah meninggalkan komentar di blog seorang guru yang baru belajar menulis. Komentar sederhana saya ternyata membuat beliau terharu. Ia berkata bahwa apresiasi itu membuatnya lebih percaya diri untuk terus menulis. Sejak saat itu, beliau semakin rajin berbagi cerita lewat blognya.
Saya pun semakin yakin, blog walking bukan sekadar jalan-jalan digital, tetapi juga bentuk apresiasi dan dukungan yang bisa menumbuhkan semangat menulis.
Inspirasi yang Tak Pernah Habis
Kadang, ide menulis terasa buntu. Namun berkat blog walking, saya selalu menemukan inspirasi. Saat membaca pengalaman guru lain di kelas, saya jadi tergerak menuliskan pengalaman serupa. Ketika melihat gaya menulis yang unik, saya belajar untuk memperkaya gaya tulisan saya.
Bahkan, tidak jarang dari sebuah komentar atau diskusi kecil di kolom komentar, lahirlah ide tulisan baru. Maka, bisa saya katakan, blog walking adalah salah satu sumber inspirasi tak terbatas.
Silaturahmi Digital yang Berbuah Nyata