Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Motivasi Guru Dari Motivator Dunia William Arthur

12 September 2025   04:46 Diperbarui: 12 September 2025   04:46 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Motivasi omjay kali ini berasal dari ucapan motivator kelas dunia William Arthur. Inilah topik kisah omjay kali ini di kompasiana.

Guru Biasa, Guru Baik, Guru Hebat, dan Guru Luar Biasa

William Arthur Ward, seorang penulis dan motivator asal Amerika, pernah menyampaikan sebuah kutipan yang hingga kini sering dikutip dalam dunia pendidikan:

"Guru biasa hanya berbicara. Guru yang baik menjelaskan. Guru yang hebat menunjukkan. Guru yang luar biasa menginspirasi."

Kutipan sederhana ini menyimpan makna yang sangat dalam tentang perjalanan seorang pendidik. Guru bukan sekadar profesi, melainkan sebuah panggilan hati. Di tangan seorang guru, generasi bisa tumbuh menjadi pribadi cerdas, berkarakter, bahkan mampu mengubah peradaban. Mari kita renungkan empat tipe guru dalam kutipan Ward ini, lalu kita lihat bagaimana seharusnya guru di Indonesia menempatkan dirinya.

1. Guru Biasa Hanya Berbicara

Guru biasa hanya menjalankan rutinitas. Ia hadir di kelas, membuka buku, menjelaskan sedikit, lalu menutup pelajaran tanpa memastikan apakah murid memahami atau tidak. Ia mungkin berfokus pada kewajiban administratif: mengisi absen, menulis nilai, dan menyelesaikan target kurikulum.

Di hadapan murid, guru semacam ini hanya terdengar seperti "suara latar". Murid hadir, duduk, mendengar, tetapi tidak benar-benar mendapat pengalaman belajar yang bermakna. Mereka mungkin bisa mengingat, tetapi tidak memahami.

Di Indonesia, tidak sedikit murid yang akhirnya berkata, "Pak guru atau bu guru hanya ngomong saja, saya tidak mengerti apa-apa." Itu pertanda proses belajar hanya sebatas formalitas, tanpa menyentuh hati.

2. Guru yang Baik Menjelaskan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun