Tulisan-tulisannya membangunkan semangat para guru yang lama tertidur oleh rutinitas. Ia mengajak: “Menulislah, maka kau akan menemukan dirimu yang sesungguhnya.”
KBMN PGRI: Gerakan Literasi dari Hati
Omjay tak berhenti sampai di situ. Ia menggagas Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) bersama PGRI. Program ini menjadi ruang belajar dan bertumbuh bagi ribuan guru dari Sabang sampai Merauke.
Bukan sekadar kelas, tapi komunitas. Bukan sekadar belajar menulis, tapi membangun budaya literasi guru Indonesia.
Di sinilah Omjay tak hanya menjadi mentor, tapi sahabat. Ia menyapa para peserta satu per satu, membaca tulisan mereka, memberi semangat, bahkan tak segan menelepon mereka yang mulai patah semangat.
“Saya ingin setiap guru punya cerita, dan menulisnya sendiri,” kata Omjay dalam salah satu sesi Zoom KBMN.
Ketika Teknologi Menyapa Pena
Omjay adalah salah satu dari sedikit guru yang tidak anti terhadap teknologi. Ia menyambut kecerdasan buatan (AI) bukan sebagai ancaman, tapi sebagai asisten digital.
Namun, ia selalu mengingatkan: “AI bisa membantu, tapi bukan pengganti. Tulisan yang menyentuh datang dari hati, bukan dari algoritma.”
Omjay menjadi contoh nyata bahwa kita bisa bersahabat dengan teknologi, tanpa kehilangan jati diri sebagai penulis yang jujur dan otentik.
Jejak yang Tertinggal: Warisan untuk Guru Indonesia