Ibu ini punya beberapa anak. Beliau mengatakan di awal saat operasi yang membawa kematian suaminya, beliau yang akan mengambil keputusan akan operasi atau tidak. Tetapi semua anak HARUS berpendapat. Tidak boleh ada yang menyerahkan keputusan kepada orang lain. Tetapi keputusan akhir ada pada sang ibu.
Menurut saya cara seperti ini sangat baik. Pasangan, jika memungkinkan, adalah orang yang akan mengambil keputusan akhir. Jika pasangan tidak memungkinkan mengambil keputusan akhir, maka harus ada yang mengambil keputusan akhir, tetapi poin pentingnya adalah semua WAJIB berpendapat.
Saat keputusan akhir diambil oleh sang ibu, sang ibu juga memberikan argumennya mengapa dia memutuskan untuk dilakukan operasi bagi sang suami. Anak-anaknya diminta untuk mengkritisi argumen sang ibu, demikian tuturnya kepada saya.
Saya melihat ini cara yang lebih baik dibandingkan dominasi pengambilan keputusan oleh saya. Pro dan kontra selalu ada, tetapi semua harus berpendapat. Lebih indah jika semuanya punya pendapat yang sama, meski dengan argumen yang berbeda.
Penutup
Untuk kasus saya nantinya, belajar dari keputusan yang saya ambil untuk ayah saya, saya menyerahkan seluruh keputusan menyangkut hidup saya kepada istri saya. Dia tahu detil tentang riwayat sakit saya dan kemampuan keuangan kami, dan berbagai hal tentang saya. Lha nikah sudah lebih dari 32 tahun, masa tidak tahu.
Saya berpesan kepada istri saya agar meminta pendapat anak saya, tetapi tetap istri saya yang harus mengambil keputusan akhir. Jangan membebani anak saya dengan perasaan bersalah, yang sebenarnya tidak perlu dan sebenarnya tidak ada yang bersalah.
Demikian juga halnya jika terjadi hal yang buruk dengan istri saya, saya akan melakukan hal yang sama dengan yang saya katakan kepada istri saya.
Belajar dari ibu teman saya, prinsip dasarnya adalah sedapat mungkin, pasangan yang mengambil keputusan. Jangan bebani anak yang hidupnya punya potensi lebih lama dengan perasaan bersalah. Mungkin anak juga baru pertama kali mengalami kematian dalam keluarganya dibanding pasangan kita, sehingga dari sisi kesiapan untuk melihat kematian dalam keluarga akan lebih siap pasangan kita. Apalagi jika pasangan kita sudah pernah mengalami kematian orang tua atau saudara.
Dan, menurut saya, yang paling-paling penting adalah diskusikan hal ini jauh sebelum kejadian. Diskusi tentang kematian memang tidak indah, tetapi itu merupakan awal persiapan menghadapi kematian yang tidak akan dapat kita hindari.
Bagaimana pendapat anda?