Sebenarnya jika semua proses transparansi nilai dilakukan, dan berbagai mekanisme administratif keputusan kenaikan kelas dilakukan dengan baik, kemungkinan dampak negatif pemberian hadiah kepada guru-dosen untuk mempengaruhi hasil peserta didik atau menjadi gratifikasi, sangatlah kecil.
Namun, pertanyaannya adalah apakah semua proses dilakukan dengan baik ataukah tidak? Apakah guru-dosen transparan dalam memberikan nilai ataukah tidak? Apakah peserta didik juga mengetahui nilai yang diberikan kepada peserta didik lain ataukah tidak? Untuk kasus anak didik yang sudah cukup dewasa, persoalan transparansi nilai termasuk membuka informasi nilai seluruh kelas kepada peserta didik adalah lebih mudah.
Transparansi tidak begitu banyak berarti untuk peserta didik yang belum cukup dewasa. Mereka mungkin tidak peduli dengan nilai temannya dan tidak peduli atau tidak tahu apakah pendidik menggunakan standar yang sama dalam penilaian, khususnya untuk soal-soal yang bersifat kualitatif. Mungkin juga tidak ada mekanisme untuk membuka informasi nilai setiap peserta didik kepada kelas. Oleh karenanya adalah lebih rentan pemberian hadiah akan menjadi gratifikasi di kasus seperti ini.
Pembahasan selanjutnya akan lebih saya fokuskan pada pengalaman saya sebagai dosen di sebuah perguruan tinggi. Bagaimana transparansi nilai dilakukan?
Bagaimana menghindari hadiah berpotensi menjadi gratifikasi di Perguruan Tinggi?
Setiap berkas tugas dan ujian selalu saya kembalikan kepada mahasiswa maksimal dua minggu, khususnya untuk tugas, setelah tugas dikumpulkan. Saya bahkan berusaha agar minggu berikutnya untuk tugas yang dikumpulkan melalui media daring, baik surat elektronik maupun aplikasi, sudah saya kembalikan kepada mahasiswa sehari sebelum kuliah berikutnya berlangsung.
Lalu saya akan meminta mahasiswa yang menurut saya memberikan jawaban terbaik untuk mempresentasikan atau paling tidak membacakan jawabannya di kelas. Jika berkas tugas dalam bentuk soft copy, saya bahkan membagikan jawaban mahasiswa yang bisa dijadikan contoh kepada semua mahasiswa selain tentunya komentar saya pada tugas mahasiswa yang bersangkutan, baik melalui surat elektronik maupun aplikasi. Saya juga menyebutkan nama-nama mahasiswa lain yang menjawab dengan baik yang dapat digunakan oleh mahasiswa sebagai pembanding.
Saya menekankan kepada seluruh mahasiswa untuk memperbolehkan temannya meminjam berkas jawabannya untuk membandingkan nilai yang saya berikan. Saya menjamin jika inti jawaban sama, maka nilai akan saya sesuaikan ke nilai yang lebih tinggi. Tidak akan ada penurunan nilai. Hal ini diperlukan agar mahasiswa tidak enggan atau khawatir nilainya akan diturunkan gara-gara meminjamkan berkasnya kepada temannya untuk koreksi nilai.
Untuk menjaga konsistensi, karena hampir semua soal yang saya berikan bersifat kualitatif, saat memberikan penilaian, saya mengoreksi jawaban satu nomor soal untuk semua mahasiswa, sebelum saya beralih ke soal berikutnya. Yang saya cari sebenarnya hanya kata kunci. Meskipun demikian tetap saja terjadi, saya kadang tidak konsisten dalam memberikan nilai.
Berikutnya saya input semua nilai mahasiswa ke dalam file excel dan membagikannya kepada seluruh mahasiswa. Saya membagikan file bersamaan dengan saya mengembalikan berkas tugas atau ujian. Tujuannya agar saat perkuliahan mahasiswa sudah siap untuk mencocokkan nilai dan jawaban soalnya dengan nilai dan jawaban soal temannya.
Dengan cara seperti ini, kalaupun saya menerima hadiah, cukup sulit membuatnya menjadi gratifikasi.