Andre dan Sandra kelihatan pucat, keringat menetes di kening mereka. Andre melihat Dina sekejap lalu membuang pandangannya ke arah Sandra seolah mengisyaratkan bahwa Sandra yang seharusnya menjawab.
Sandra dan Andre diam membisu saling berpandangan.
Keadaan hening seketika. Dina menarik kursi di depannya untuk duduk. Dia memandangi mereka tanpa berkedip.
Suasana diliputi ketegangan dalam keheningan.
Bisa saja Dina melabrak Sandra yang telah bermesraan dengan Andre tapi melihat betapa mesranya tadi Andre mengelus rambut Sandra, akal sehat Dina pun berbicara, berarti tidak ada yang merebut dan direbut. Di sini hanya ada pihak yang tersakiti dan bodoh, yaitu dia. Dia telah dikhianati.
Selama ini Dina dan Sandra adalah sahabat dekat, bahkan Sandra adalah tempat curahan hati Dina. Tak disangka, teman makan teman berlaku pada dirinya.
Berbagai pertanyaan hadir di benak Dina, mengapa Andre selingkuh? Mengapa Sandra begitu? Mengapa, Mengapa. Dina menghirup napas disekitarnya. Menimbang apa yang akan dia lakukan.
"Maafkan aku Dina," suara Sandra memecahkan keheningan. Lalu dia menangis terisak.
Dina melihat Andre yang mencoba menenangkan Sandra dengan menepuk pelan bahunya.
Apa-apaan ini? dia kan masih pacar Andre. Amarah Dina semakin meninggi namun masih ditahannya melihat pengunjung yang semakin ramai masuk. Dia tidak mau menjadi tontonan gratis para pengunjung kafe.
"Kita putus!" suara Dina bergetar akibat menahan gemuruh amarah di dada.
Dina bangkit berdiri dari kursinya memandang Andre sekilas. Lalu melihat Sandra dengan sorot mata mematikan.