Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Pengkhianat Cinta

30 Desember 2020   22:19 Diperbarui: 31 Desember 2020   13:10 126 7
Dina seakan tak percaya pada penglihatannya. Berulang kali, dia mengucek kedua matanya dengan tangannya. Di depannya tersuguhkan adegan sepasang sejoli yang begitu romantis, bagi yang tidak mengenal pasangan tersebut.

Si cowok mengelus rambut si cewek sambil sesekali tersenyum melirik si cewek, sedangkan si cewek tersipu malu. Luar biasa, seperti adegan di film saja.

Sepasang sejoli yang lagi dimabuk asmara itu seakan buta bahwa di ruangan kafe ini dipenuhi banyak pengunjung.

Hawa di ruangan ber-AC ini mendadak panas, Dina mengunyah makanannya dengan tak berselera. Niat hati mau menikmati hari, karena bosan sendirian berada di rumah malah melihat pemandangan yang mengejutkan sekaligus menyakitkan.

Tempat duduk Dina berada di sudut kafe, mungkin karena itu sepasang sejoli itu tidak melihat sosoknya dengan jelas, sementara posisi mereka ada di dekat pintu masuk, berada di tengah. Dina benar-benar merasa muak dengan yang dilihatnya.

Dina memikirkan apa yang harus dia lakukan? melabrak? melempar minuman ke sepasang sejoli itu atau diam saja. Setelah menarik napas dalam-dalam, dia memutuskan akan bertindak. Dina bangkit berdiri dari kursinya.

"Andre, Sandra, apa kabar? pertanyaan itu keluar ketika dia menuju kursi sepasang sejoli itu.

Sepasang sejoli itu terkejut melihat Dina yang sudah berdiri dihadapan mereka.

Sebenarnya Dina tidak perlu menanyakan kabar, karena baru tiga hari yang lalu dia ketemu Andre dan Sandra di sekolah. Mereka satu sekolah, teman sekelas malah.

Cowok yang bernama Andre itu statusnya adalah pacar Dina. Sudah setahun mereka berpacaran. Seluruh sekolah tahu kalau mereka pacaran, apalagi Sandra.

"Kenapa diam?" dengan menahan amarah di dada, Dina masih bertanya.

Andre dan Sandra kelihatan pucat, keringat menetes di kening mereka. Andre melihat Dina sekejap lalu membuang pandangannya ke arah Sandra seolah mengisyaratkan bahwa Sandra yang seharusnya menjawab.
Sandra dan Andre diam membisu saling berpandangan.

Keadaan hening seketika. Dina menarik kursi di depannya untuk duduk. Dia memandangi mereka tanpa berkedip.

Suasana diliputi ketegangan dalam keheningan.

Bisa saja Dina melabrak Sandra yang telah bermesraan dengan Andre tapi melihat betapa mesranya tadi Andre mengelus rambut Sandra, akal sehat Dina pun berbicara, berarti tidak ada yang merebut dan direbut. Di sini hanya ada pihak yang tersakiti dan bodoh, yaitu dia. Dia telah dikhianati.

Selama ini Dina dan Sandra adalah sahabat dekat, bahkan Sandra adalah tempat curahan hati Dina. Tak disangka, teman makan teman berlaku pada dirinya.

Berbagai pertanyaan hadir di benak Dina, mengapa Andre selingkuh? Mengapa Sandra begitu? Mengapa, Mengapa. Dina menghirup napas disekitarnya. Menimbang apa yang akan dia lakukan.

"Maafkan aku Dina," suara Sandra memecahkan keheningan. Lalu dia menangis terisak.

Dina melihat Andre yang mencoba menenangkan Sandra dengan menepuk pelan bahunya.

Apa-apaan ini? dia kan masih pacar Andre. Amarah Dina semakin meninggi namun masih ditahannya melihat pengunjung yang semakin ramai masuk. Dia tidak mau menjadi tontonan gratis para pengunjung kafe.

"Kita putus!" suara Dina bergetar akibat menahan gemuruh amarah di dada.

Dina bangkit berdiri dari kursinya memandang Andre sekilas. Lalu melihat Sandra dengan sorot mata mematikan.

"Dan kamu, jangan anggap aku sahabatmu lagi!" kata Dina menunjuk Sandra.

Dina pun keluar dari kafe dengan amarah yang benar-benar memuncak. Dia tak perlu tahu dan tak mau tahu apa alasan mereka menusuknya. Yang  dia tahu kini mereka adalah pengkhianat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun