Mohon tunggu...
Widya Restuvianti
Widya Restuvianti Mohon Tunggu... Universitas Internasional Semen Indonesia

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Film Dokumenter "A Plastic Ocean" Sangat Berpengaruh untuk Keberlanjutan Biota Laut

1 Desember 2020   20:00 Diperbarui: 1 Desember 2020   20:08 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Film documenter "A Plastic Ocean" berisi tentang pencemaran laut akibat sampah plastik yang terjadi di peraian dunia dan akibatnya terhadap keberlangsungan makhluk hidup. Manusia dan lingkungan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena keduanya mempunyai hubungan timbal balik dalam keberlangsungan hidup dialam semesta. 

Lingkungan yang baik bergantung pada manusia dalam mengola lingkungan secara tepat. Hubungan manusia dengan lingkungannya tidak jauh dari bergabai masalah. Salah satunya adalah pencemaran lingkungan  yang sangat menyita perhatian yaitu permaslahan sampah plastik. 

Hal tersebut merupakan konsukuensi dari peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi industri yang makin maju didunia. Tidak hanya ikan dan makhluk hidup yang ada didalam laut tetapi juga makhluk hidup lainnya seperti burung laut turut menjadi korban. Dalam film documenter ini ditunjukkan seekor burung laut yang mati dan ditemukan ada sekitar 276 plastik didalam perut burung yang baru berumur 90 hari.

Pada film tersebut terdapat permasalahan sampah seperti penggunaan plastik yang berlebih. Banyaknya sampah plastik dilaut disebabkan oleh penggunaan plastic yang berlebih seperti sedotan, kemasan makanan, dan peralatan rumah tangga yang terbuat dari bahan plastik, sampah yang dibuang kesungai lalu mengalir ke lautan, hingga microbeads yaitu bahan yang biasa digunakan pada sabun cuci muka, pasta gigi dan alat kosmetik. Penyebab dan dampak dari plastic ini menjadi perhatian dunia.

Dari sudut pandang aktivis lingkungan ataupun saya sebagai mahasiswa setelah melihat film documenter tersebut berpendapat bahwa  hal tersebut membahayakan tatanan ekosistem laut. Tentu saja karena di Samudera Hindia lepas pantai Srilangka yang telah tutup selama 30 tahun seharusnya masih bersih kini kondisinya telah dipenuhi sampah plastik dan lebih memprihatinkan lagi terdapat kandungan minyak didalamnya. 

Dan disisi lain, keunggulan plastiksebenarya tersimpan hal yang memperihatikan karena limbah plastic berkontribusi sebagai elemen bersifat racun, yang dapat merusak lingkungan dalam jangka panjang karena sifat plastic yang sulit terurai baik di air maupun ditanah, dan dapat menimbulkan penyakit seperti gangguan pernafasan, kanker serta hal yang terburuk adalah kematian.

Dampak dari plastik tidak hanya dirasakan manusia saja, tetapi plastik sering disalah pahami oleh biota laut sebagai makhluk hidup lain yang bisa dimakan karena menyerupai ubur-ubur. 

Tentu hal ini dapat membahayakan tatanan keseimbangan ekosistem laut karena dapat merubah rantai makanan dan memunculkan kebahayaan bagi biota laut tersebut seperti permasalahan seperti, Paus yang kekurangan gizi berujung kematian akibat menelan plastik dalam jumlah yang memprihatinkan, Burung pantai yang ditemukan mati dengan kondisi perut yang dipenuhi sampah, Kura-kura tempayan kesulitan menyelam karena terdapat sejumlah plastic diperutnya yang menghasilkan gas, Racun yang menempel pada plastik masuk ke aliran darah ikan yang dikonsumsi manusia akan menyebabkan kerusakan organ tubuh manusia, bukan hanya berdampak buruk terhadap lingkungan disisi lain juga merugikan perekonomian karena pendapatan Negara dari sektor.

Dengan adanya permasalahan tersebut yang sampai mengalami kematian biota laut bahkan bisa saja merenggut nyawa manusia, sudah semestinya pemerintah harus juga angkat tangan untuk meretas itu semua. Dan hal yang paling penting adalah kesadaran dari diri sendiri itu lebih penting dari apapun. Dengan adanya kesadaran oleh individu dapat membuat keadaan tersebut bisa berkurang bahkan bisa saja teratasi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun