Mohon tunggu...
Widya Arumsari
Widya Arumsari Mohon Tunggu... Guru - GURU SEJARAH SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

Saya seorang guru sejarah di salah satu SMA swasta di kota Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenal Tirto Adhi Soerjo sebagai Bapak Pers Nasional

6 Februari 2023   09:58 Diperbarui: 6 Februari 2023   10:37 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jauh sebelum oraganisasi Pers dibentuk, Tirto Adhi Soerjo  mantan murid STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen). Tirto lahir sebagai Raden Mas Djokomono di Blora, Jawa Tengah tahun 1880 dan wafat di Batavia, 7 Desember 1918 pada usia 38 tahun) adalah seorang tokoh pers dan tokoh kebangkitan nasional Indonesia, dikenal juga sebagai perintis persuratkabaran dan kewartawanan nasional Indonesia. 

Tirto adalah orang pertama yang menggunakan surat kabar sebagai alat propaganda dan pembentuk pendapat umum. Dia juga berani menulis kecaman-kecaman pedas terhadap pemerintahan kolonial Belanda pada masa itu. Akhirnya Tirto ditangkap dan disingkirkan dari Pulau Jawa dan dibuang ke Pulau Bacan, dekat Halmahera (Provinsi Maluku Utara). 

  • Pada tahun 1906 Tirto Adhi Soerjo mendirikan Sarekat Prijaji. Surat kabar  ini merupakan surat kabar pertama di nusantara yang tim redaksinya orang pribumi dan di terbitkan menggunakan bahasa Melayu. Surat kabar ini digunakan sebagai media informasi di bidang ekonomi dan politik. Melalui kritik yang disampaikan pada tulisannya, Tirto Adhi Soerjo menerima sanksi hukuman penjara selama tiga bulan di Lampung. 

  • Pada tahun 1908  Tirto Adhi Soerjo bergabung dalam Budi Otomo cabang Bandung. Ketika rapat besar Budi Utomo pada tanggal 17 Januari 1909, Tirto menyampaikan pendapatnya bahwa Budi Utomo perlu untuk merangkul para pedagang pribumi sebagai anggota BU. Selain itu, Tirto juga menekankan agar Budi Utomo berfokus kepada pengajaran anak negeri serta mengharapkan Budi Utomo menjadi perhimpunan yang tangguh secara perlahan. Tahun 1909 terlibat polemik dengan Budi Utomo sehingga Tirto keluar dari Budi Utomo. 

  • Pada tahun 1909, Tirto Adhi Soerjo menggagas Sarekat Dagang Islam (SDI) di Bogor dan Batavia. Tirto yang menyatukan tradisi pergerakan dan tradisi pers untuk satu tujuan, yakni kesadaran berbangsa. Tirto memegang peranan  dalam pembentukan Sarekat Dagang Islam di Surakarta bersama Haji Samanhudi, yang merupakan asal mula Sarikat Islam yang kemudian berkembang ke seluruh Indonesia. Anggaran Dasar Sarikat Islam yang pertama mendapat persetujuan Tirto Adi Soerjo sebagai ketua Sarikat Islam di Bogor dan sebagai redaktur suratkabar Medan Prijaji di Bandung. 

  • Pada tahun 1912, Tirto Adhi Soerjo menghadiri rapat besar SDI Surakarta dan menyerahkan kepemimpinan SDI kepada Samanhoedi. Samanhoedi bertemu  Oemar Said Tjokroaminoto serta Tjokrosoedarmo yang saat itu menjadi pengurus SDI Surabaya. SDI Solo membuat Anggaran Dasar baru serta mengganti nama SDI Solo menjadi Sarekat Islam. 

  • Pada tahun 1913, Sarekat Dagang Islam (SDI) diganti namanya menjadi Sarekat Islam (SI) oleh Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto.

  • Pada Desember 1913, Tirto divonis bersalah dan dibuang ke Maluku. Samanhoedi mengumumkan bahwa Sarekat Islam tidak terhubung dengan SDI yang didirikan oleh Tirto di Bogor dan Batavia. Tirto tidak mampu melakukan apapun karena dia masih berada di Ambon dan harus menjalani hukuman pembuangannya selama 6 bulan. 

  • Keberanian Tirto dan Medan Prijaji dalam mengkritik pemerintah akibatnya banyak serangan dari pemerintah kolonial dan omset yang terus merosot membuat Medan Prijaji tidak bisa melunasi biaya percetakan. Akhirnya pada tanggal 20 agustus 1912 Medan Prijaji berhenti terbit karena tidak bisa melunasi hutangnya. Pada tahun 1913 Tirto dinyatakan bersalah dan mendapat hukuman pengasingan ke Ambon.

  • Dua tahun pulang dari Ambon, suasana pulau Jawa sudah banyak berubah dan organisasi kebangsaan semakin banyak. Tirto tidak lagi memimpin di surat kabar mulai banyak dilupakan oleh orang. Pada tanggal 7 Desember 1918 Tirto mengalami desentri yang mengakibatkannya meninggal dunia dipangkuan Raden Goenawan.  

Tirto Adhi Soerjo menjadi pribumi pertama yang memimpin surat kabar nasional tanpa campur tangan Belanda dan etnis Tionghoa mulai Medan Priyayi, Sarekat Prijaji, Soeloeh Keadilan, serta Poetri Hindia. Pada masa Budi Utomo, ia mengambil alih majalah Dharmo Kondo. Pers dijadikan sebagai wadah dalam menyampaikan ide serta kritikan serta penyambung aspirasi perjuangan guna menggalang persatuan Indonesia pada masa Pergerakan Nasional.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun