Mohon tunggu...
Widodo Antonius
Widodo Antonius Mohon Tunggu... Guru SD Tarsisius Vireta Tangerang

Hobi membaca menulis dan bermain musik

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Gerakan Memanen Air Hujan di Komplek Binong Permai

14 Agustus 2025   20:44 Diperbarui: 16 Agustus 2025   23:57 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gerakan Memanen Air Hujan di Komplek Binong Permai

Oleh: Widodo, S.Pd

Pendahuluan

Menanggapi pertanyaan Kompasiana berikut ini:
"Kompasianer, bagaimana cara kamu menghemat air bersih di rumah? Adakah cara tertentu yang kamu praktikkan? Apakah kamu pernah memanen air hujan? Atau mungkin justru baru mendengar istilahnya?"

Saya langsung teringat peristiwa sebelas tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 14 Januari 2014. Saat itu, kami beberapa warga RT 04 Komplek Perumahan Binong Permai yang diprakarsai oleh Pak De Pardi seorang guru swasta di Tangerang, tetangga depan rumah saya, mengadakan gerakan memanen air hujan.

Sumur Resapan di Depan Rumah : Foto Dokumentasi Pribadi Widodo, S.Pd
Sumur Resapan di Depan Rumah : Foto Dokumentasi Pribadi Widodo, S.Pd
Awalnya saya belum begitu paham tentang istilah "memanen air hujan". Namun, pada malam itu, di pos RT yang juga berfungsi sebagai pos ronda, Pak De Pardi---sesepuh kami yang terkenal bijaksana---memberikan penjelasan panjang lebar mengenai cara menghemat air dan memanfaatkan air hujan. Penjelasannya membuka wawasan kami semua.

Pembahasan

Memanen air hujan berarti mengumpulkan dan menyimpan air hujan untuk digunakan kembali, biasanya untuk keperluan rumah tangga, pertanian, atau cadangan air bersih.

Secara rinci:

1. Memanen di sini bukan berarti memetik seperti panen padi atau buah, melainkan mengambil sesuatu yang sudah tersedia secara alami.

2. Air hujan adalah sumber air yang turun langsung dari langit, relatif bersih jika ditangkap sebelum bercampur dengan tanah atau polusi.

Tujuan memanen air hujan:

  • Menghemat penggunaan air tanah atau air PDAM.
  • Menyediakan cadangan air di musim kemarau.
  • Mengurangi banjir atau genangan karena aliran hujan langsung masuk saluran.

Contoh penerapan:

  • Menangkap air hujan dari atap rumah menggunakan talang, lalu menyalurkannya ke tangki penampungan.
  • Membuat kolam atau sumur resapan untuk menyimpan air hujan di tanah.

Menghemat air di komplek perumahan dapat dilakukan melalui dua pendekatan: kolektif dan individu.

1. Upaya Kolektif (Skala Komplek)

a. Sistem pemanenan air hujan

  • Talang di atap rumah disalurkan ke tangki penampungan.
  • Air digunakan untuk menyiram taman, mencuci kendaraan, atau kebutuhan non-minum.

b. Sumur resapan & biopori

  • Membantu air meresap ke tanah, menjaga cadangan air tanah.
  • Mengurangi genangan air sekaligus menyuburkan tanah.

c. Tanaman hemat air (xeriscaping)

  • Menanam tanaman yang jarang disiram, seperti lidah mertua, kaktus, bougenville.

Tanaman hemat air di rumah saya : Foto Dokumentasi Pribadi.
Tanaman hemat air di rumah saya : Foto Dokumentasi Pribadi.

d. Aturan bersama

  • Menetapkan jam tertentu untuk menyiram tanaman.
  • Melarang mencuci kendaraan dengan selang mengalir tanpa jeda.

e. Edukasi & sosialisasi warga

  • Memasang poster tips hemat air di area umum.
  • Lomba ide kreatif hemat air antarblok.

2. Upaya Individu (Setiap Rumah Tangga)

a. Keran hemat air

  • Pasang aerator atau shower head hemat air.

b. Perbaiki kebocoran

  • Keran menetes membuang puluhan liter per hari.

c. Gunakan kembali air bekas (grey water)

  • Air cucian sayur untuk menyiram tanaman.
  • Air bekas cuci beras untuk pupuk organik.

d. Ubah kebiasaan

  • Matikan keran saat gosok gigi atau mencuci piring.
  • Gunakan ember saat mencuci kendaraan.

e. Pilih peralatan hemat air

  • Mesin cuci, toilet flush, dan dishwasher berfitur hemat air.

3. Langkah Bonus yang Jarang Diketahui

  • Sensor otomatis di keran umum.
  • Daur ulang air AC untuk menyiram tanaman.
  • Kolam retensi skala komplek.

Saya pribadi telah menerapkan langkah membuat sumur resapan di depan rumah. Air hujan dari genteng tidak langsung ke got, tetapi mengisi sumur resapan terlebih dahulu.

Beberapa warga gang pun akhirnya ikut membuatnya, dipandu oleh Pak De Pardi yang juga seorang guru swasta di Tangerang. Semangat gotong royong ini menjadikan lingkungan kami lebih hijau, nyaman, dan hemat air.

Foto di Pos RT 04  dari kiri Pak Solihin, Pak Widodo, Pak De Pardi: Foto Dokpri Widodo, S.Pd
Foto di Pos RT 04  dari kiri Pak Solihin, Pak Widodo, Pak De Pardi: Foto Dokpri Widodo, S.Pd

Kendala yang Kami Hadapi

Dalam setiap gerakan pasti ada tantangan yang harus dihadapi. Ada pepatah Jawa yang mengatakan “jer basuki mowo beo” yang artinya setiap usaha atau perjuangan membutuhkan pengorbanan, baik tenaga, waktu, maupun biaya. Demikian pula dengan gerakan memanen air hujan di Komplek Binong Permai.

Kendala pertama yang muncul adalah masalah biaya. Untuk membuat satu sumur resapan, diperlukan biaya sekitar Rp600.000,00. Jumlah ini tentu tidak kecil bagi sebagian warga. Namun, dengan semangat pengorbanan, saya berusaha menabung sedikit demi sedikit. Penggalian sumur pun saya lakukan secara bertahap, dicicil sepulang kerja setiap harinya. Tidak jarang, rasa lelah datang, tetapi semangat menjaga lingkungan dan ketersediaan air membuat langkah ini terus berlanjut.

Selain biaya, kendala lain adalah keraguan sebagian warga. Pada awalnya, masih banyak yang belum percaya akan manfaat sumur resapan. Mereka menganggap upaya ini tidak terlalu mendesak atau bahkan kurang bermanfaat. Untuk menjawab keraguan itu, kami—beberapa sukarelawan dari satu gang di Komplek Binong Permai—memutuskan untuk memulai terlebih dahulu. Kami bergotong royong 3–4 orang dalam membuat sumur resapan sebagai contoh nyata. Harapannya, bukti langsung ini mampu memberikan keyakinan dan inspirasi kepada warga lain bahwa apa yang kami lakukan benar-benar berguna.

Dengan semangat gotong royong dan pengorbanan, perlahan namun pasti, gerakan ini mulai mendapat dukungan lebih luas. Kendala yang ada justru menjadi penguat bahwa menjaga lingkungan bukan hanya wacana, melainkan tindakan nyata yang perlu dimulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat.

Testimoni Warga tentang Gerakan Memanen Air Hujan di Komplek Binong Permai

1) Pak De Pardi
“Saya menggiatkan pembuatan sumur resapan di Masjid Al Hidayah. Sumur resapan di masjid berfungsi menampung air wudu. Bayangkan, jika setiap orang yang berwudu menghabiskan sekitar 10 liter air, dan seluruhnya masuk ke dalam sumur resapan, maka bumi ini akan semakin siap menampung air.

Selain itu, di masjid kami juga membuat sumur resapan kedua dengan fungsi ganda: pertama untuk pembuangan kotoran hewan kurban, dan kedua untuk menampung air hujan dari genteng masjid. Untuk menghilangkan bau sisa kotoran hewan kurban, kami menetralkan dengan air garam kasar. Air garam ini cepat bereaksi secara kimia dengan sisa hewan kurban yang masuk ke sumur resapan.

Gerakan memanen air hujan melalui sumur resapan ini juga kami sosialisasikan ke tingkat RW dan masjid-masjid lain di sekitar Komplek Binong Permai.”

2) Pak Solihin
“Saya mengamati ketinggian air tanah di musim kemarau setiap tahunnya mengalami penurunan sekitar 50 cm. Saya melakukan pengukuran menggunakan benang yang dicelupkan ke sumur pipa dengan bandul di ujungnya.

Meski begitu, Komplek Binong Permai masih mendapatkan pasokan air bersih yang cukup di musim kemarau. Gerakan memanen air hujan akan sangat bermanfaat agar di musim kemarau kami tetap terhindar dari kekurangan air. Bahkan, sudah terbukti, beberapa warga dari komplek lain sering mengambil air bersih (air tanah) dari komplek kami.”

3) Seorang Warga (tidak mau disebutkan namanya)
“Kami mendukung gerakan memanen air hujan ini. Untuk menghemat biaya, saya juga membuat beberapa lubang biopori di depan rumah warga. Biopori ini ikut membantu resapan air hujan agar lebih maksimal.” Agar Ibu Ratu Agung, Ibu Pertiwi, Bentala, Alam, Bumi tidak kekeringan ketika kemarau dan mengurangi banjir ketika hujan.

 

Penutup

Menghemat air bukanlah sekadar tren, melainkan kebutuhan mendesak. Air bersih adalah sumber kehidupan yang tidak tergantikan.

Gerakan kecil seperti memanen air hujan dan mengubah kebiasaan sehari-hari, jika dilakukan bersama, bisa memberi dampak besar.

Apa yang kami mulai di RT 04 sebelas tahun lalu, kini menjadi kebiasaan baik yang terus hidup di komplek kami. Semoga semangat ini menular ke komplek-komplek lain, agar generasi mendatang tetap memiliki air bersih yang cukup untuk hidup.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun