Mohon tunggu...
Widodo Antonius
Widodo Antonius Mohon Tunggu... Guru SD Tarsisius Vireta Tangerang

Hobi membaca menulis dan bermain musik

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Gerakan Memanen Air Hujan di Komplek Binong Permai

14 Agustus 2025   20:44 Diperbarui: 16 Agustus 2025   23:57 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto di Pos RT 04  dari kiri Pak Solihin, Pak Widodo, Pak De Pardi: Foto Dokpri Widodo, S.Pd

Selain biaya, kendala lain adalah keraguan sebagian warga. Pada awalnya, masih banyak yang belum percaya akan manfaat sumur resapan. Mereka menganggap upaya ini tidak terlalu mendesak atau bahkan kurang bermanfaat. Untuk menjawab keraguan itu, kami—beberapa sukarelawan dari satu gang di Komplek Binong Permai—memutuskan untuk memulai terlebih dahulu. Kami bergotong royong 3–4 orang dalam membuat sumur resapan sebagai contoh nyata. Harapannya, bukti langsung ini mampu memberikan keyakinan dan inspirasi kepada warga lain bahwa apa yang kami lakukan benar-benar berguna.

Dengan semangat gotong royong dan pengorbanan, perlahan namun pasti, gerakan ini mulai mendapat dukungan lebih luas. Kendala yang ada justru menjadi penguat bahwa menjaga lingkungan bukan hanya wacana, melainkan tindakan nyata yang perlu dimulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat.

Testimoni Warga tentang Gerakan Memanen Air Hujan di Komplek Binong Permai

1) Pak De Pardi
“Saya menggiatkan pembuatan sumur resapan di Masjid Al Hidayah. Sumur resapan di masjid berfungsi menampung air wudu. Bayangkan, jika setiap orang yang berwudu menghabiskan sekitar 10 liter air, dan seluruhnya masuk ke dalam sumur resapan, maka bumi ini akan semakin siap menampung air.

Selain itu, di masjid kami juga membuat sumur resapan kedua dengan fungsi ganda: pertama untuk pembuangan kotoran hewan kurban, dan kedua untuk menampung air hujan dari genteng masjid. Untuk menghilangkan bau sisa kotoran hewan kurban, kami menetralkan dengan air garam kasar. Air garam ini cepat bereaksi secara kimia dengan sisa hewan kurban yang masuk ke sumur resapan.

Gerakan memanen air hujan melalui sumur resapan ini juga kami sosialisasikan ke tingkat RW dan masjid-masjid lain di sekitar Komplek Binong Permai.”

2) Pak Solihin
“Saya mengamati ketinggian air tanah di musim kemarau setiap tahunnya mengalami penurunan sekitar 50 cm. Saya melakukan pengukuran menggunakan benang yang dicelupkan ke sumur pipa dengan bandul di ujungnya.

Meski begitu, Komplek Binong Permai masih mendapatkan pasokan air bersih yang cukup di musim kemarau. Gerakan memanen air hujan akan sangat bermanfaat agar di musim kemarau kami tetap terhindar dari kekurangan air. Bahkan, sudah terbukti, beberapa warga dari komplek lain sering mengambil air bersih (air tanah) dari komplek kami.”

3) Seorang Warga (tidak mau disebutkan namanya)
“Kami mendukung gerakan memanen air hujan ini. Untuk menghemat biaya, saya juga membuat beberapa lubang biopori di depan rumah warga. Biopori ini ikut membantu resapan air hujan agar lebih maksimal.” Agar Ibu Ratu Agung, Ibu Pertiwi, Bentala, Alam, Bumi tidak kekeringan ketika kemarau dan mengurangi banjir ketika hujan.

 

Penutup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun