Mohon tunggu...
Widodo Antonius
Widodo Antonius Mohon Tunggu... Guru SD Tarsisius Vireta Tangerang

Hobi membaca menulis dan bermain musik

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Penilaian Cerpen Sastra Karya Diri Sendiri

1 Agustus 2025   07:15 Diperbarui: 26 Juli 2025   22:20 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi Hasil  Screenshot di Kompasiana.com

Penilaian Cerpen Sastra Karya Diri Sendiri

Oleh: Widodo, S.Pd

Pendahuluan

Saya memiliki hobi membaca dan membuat cerpen. Aktivitas ini sudah saya tekuni cukup lama, walaupun belum sepenuhnya saya tekuni secara profesional. Hal yang jarang saya lakukan adalah membuat penilaian atas cerpen yang saya tulis sendiri. Biasanya, saya cukup puas setelah menyelesaikan satu cerpen, lalu memeriksanya secara sekilas untuk keperluan penyuntingan ringan: membetulkan tanda baca, mengganti kata, atau menyusun ulang paragraf yang terasa janggal.

Namun, pengalaman mengikuti lomba cerpen beberapa waktu lalu menyadarkan saya: ternyata, hanya menyunting sekilas tidak cukup. Ketika cerpen yang saya ikutkan tidak berhasil menjadi pemenang, saya mulai bertanya-tanya—apa yang kurang? Apa yang seharusnya bisa diperbaiki? Sejak saat itu, saya mulai mencoba mengevaluasi cerpen saya sendiri secara lebih serius.

Tentu saja saya ingin bertanya kepada teman yang ahli di bidang Bahasa atau sastra, namun sering kali rasa sungkan muncul lebih dulu. Saya tidak ingin merepotkan atau menyita waktu mereka. Maka saya mulai mencari beberapa alternatif cara untuk menilai cerpen saya sendiri, dan inilah beberapa langkah yang saya temukan dan coba.

Pembahasan

1. Penilaian Awal: Menyunting Ulang dengan Kesadaran Baru

Langkah pertama yang saya lakukan setelah menulis cerpen adalah menyunting. Ini memang pekerjaan yang membosankan bagi sebagian orang, termasuk saya, namun penting. Saya membaca ulang cerpen secara keseluruhan langsung di layar komputer. Langkah ini membantu saya mengenali bagian-bagian yang terasa kabur, alur yang belum mulus, atau karakter yang belum hidup.

Berikutnya, saya membenahi paragraf yang terasa tidak pas, meninjau kembali struktur alur, pengembangan karakter, diksi yang digunakan, dan gaya bahasa secara keseluruhan. Terkadang, saya menyadari bahwa cerita saya terlalu datar atau terlalu cepat selesai. Dari sinilah kesadaran untuk merevisi secara lebih mendalam muncul.

2. Meminta Penilaian Teman yang Sefrekuensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun