Mohon tunggu...
Widodo Antonius
Widodo Antonius Mohon Tunggu... Guru SD Tarsisius Vireta Tangerang

Hobi membaca menulis dan bermain musik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepeda Ontel dan Sepeda Motor

3 Juni 2025   07:15 Diperbarui: 1 Juni 2025   17:18 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gamabr Ilustrasi Dibuat Oleh ChatGPT

Sepeda Ontel dan Sepeda Motor

Oleh : Widodo, S.Pd.

Aku duduk di beranda malam itu, memandangi langit yang gelap tanpa bintang. Angin malam menyentuh wajahku pelan, seolah membawa kenangan jauh dari masa lalu. Entah mengapa, pikiranku kembali melayang ke empat puluh tahun yang lalu---masa SMA yang tak pernah bisa kulupakan.

Aku teringat seorang teman lamaku. Namanya Toni. Ia berasal dari keluarga berada, serba berkecukupan. Pakaian selalu rapi, uang jajan tak pernah kurang, bahkan jam tangannya saat itu sudah digital, sementara kami masih mengandalkan jam dinding sekolah. Tapi, meski hidupnya penuh kemudahan, kelakuannya membuat orang geleng kepala.

Toni punya hobi yang tidak biasa---mencuri sepeda ontel. Saat itu, sepeda ontel adalah barang mewah di desa kami, semacam mobil pribadi untuk warga biasa. Dan Toni, alih-alih membeli dengan uang orang tuanya, justru memilih jalan gelap. Katanya, ia berguru pada seorang "orang pintar" yang mengajarinya ilmu mencuri. Ia lihai, begitu terlatih. Sepeda ontel yang terkunci pun bisa ia bawa kabur dalam hitungan menit.

Namun seperti kata pepatah, sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga. Toni tertangkap saat mencuri sepeda milik Pak Guru Ahmad. Ia lupa bahwa malam itu adalah Jumat Kliwon---hari yang menjadi pantangan menurut gurunya. Akhirnya, ia diarak warga, lalu dikirim ke kota untuk dibina. Setelah itu, aku tak pernah mendengar kabarnya lagi.

Empat puluh tahun kemudian, aku hidup tenang bersama anak-istriku di kota kecil yang cukup ramai. Aku bekerja sebagai pegawai swasta, pulang biasanya menjelang malam. Seperti hari itu, pukul delapan malam aku baru tiba di rumah. Karena masih ingin menyenangkan keluargaku, aku mampir membeli sate Madura favorit mereka.

Sesampainya di rumah, aku memarkir motor di halaman, lalu masuk ke dalam. "Sate Madura sudah siap...!" seruku memanggil anak dan istriku. Bau sate yang hangat langsung memenuhi ruang makan.

Tapi belum sempat kami duduk, anakku berseru dari jendela, "Pak! Motornya enggak ada!"

Aku bergegas ke luar. Dan benar saja---motorku raib. Baru lima menit aku tinggalkan. Habis, lenyap. Tak ada suara, tak ada jejak. Hanya angin malam yang tersisa di halaman rumah.

Aku terduduk lesu. Niatku ingin membahagiakan, malah membuat hati sedih. Motor itu satu-satunya kendaraan yang kupunya. Kini pencurian sepeda motor seakan jadi hal biasa. Di media sosial, aku sering melihat video pencurian: ada yang menggunakan mobil boks, bahkan mobil inova untuk menyelundupkan motor curian. Ada juga yang katanya menggunakan ilmu hitam, membuat korban seperti terhipnotis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun