Bintang di Tengah Duka
Oleh : Widodo, S.Pd.
Â
Di sebuah desa yang tenang, hiduplah seorang siswi kelas 6 SD bernama Nunila. Ia bukan hanya dikenal karena wajahnya yang cantik, tetapi juga karena sifatnya yang ramah, rajin, pandai, dan rendah hati. Teman-teman dan guru-gurunya menyayanginya. Tak jarang, Nunila membantu teman-temannya yang kesulitan dalam pelajaran tanpa mengharap balasan.
Hari itu adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh siswa kelas 6 --- hari perpisahan dan wisuda. Aula sekolah penuh dengan hiasan balon dan bunga. Di antara semua siswa, nama Nunila dipanggil paling akhir, sebagai pemuncak kelas dengan nilai akademik tertinggi.
Tepuk tangan bergemuruh saat ia melangkah ke panggung. Dengan senyum yang merekah, ia menerima piala dan uang beasiswa. Namun di balik senyum itu, ada kegundahan di hatinya. Ibunya sedang sakit dan tidak bisa hadir, sementara ayahnya sudah lama meninggal dunia akibat kecelakaan motor saat ia masih kelas tiga SD.
Setelah acara usai, Nunila pulang dengan langkah cepat. Ia ingin segera menunjukkan piala dan uang beasiswa kepada ibunya yang terbaring lemah di tempat tidur. Dengan hati berdebar dan mata berbinar, ia masuk ke kamar ibunya.
"Ibu, lihat... Nunila lulus, Bu. Dapat piala juga..." katanya sambil menunjukkan piala dengan bangga.
Namun, tak ada jawaban.
"Ibu?" panggilnya lagi, suaranya mulai gemetar.
Ia menggoyangkan tubuh ibunya pelan. Dingin. Wajah ibunya tampak tenang, tapi pucat. Nunila menangis histeris saat menyadari ibunya telah tiada. Nafas terakhir itu telah dihembuskan saat ia baru pulang membawa kabar bahagia.