Saya termasuk orang yang kerap mengatakan saya sibuk atau tidak punya waktu! Kenyataan bahwa benar-benar tidak memiliki waktu yang saya butuhkan untuk melakukan hal-hal yang diingini, kadang terasa menjengkelkan.
Sering terlintas dalam pikiran, apakah dua puluh empat jam dalam sehari itu tidak cukup? Mungkinkah karena saya tidak dapat menggunakannya dengan baik? Atau saya sibuk karena memang benar-benar sibuk? Atau memang cuma pura-pura sibuk?
Salah seorang teman di kantor yang mempunyai tiga anak balita, hampir setiap hari membawa cemilan untuk seluruh orang di kantor. Yang saya maksud, bukan cemilan yang ia beli dari toko dalam perjalanan menuju ke kantor, tapi cemilan yang benar-benar hasil buatannya sendiri.
Bah! Kok bisa? Dari mana ia punya waktu untuk semua itu? Bayangkan berapa lama waktu yang terbuang hanya untuk mencari resep, ditambah waktu untuk membeli bahan-bahan dan mengolahnya. Belum lagi harus mengurusi tiga anak balita dan urusan rumah lainnya. Hadeueuh, pokoknya no way, Jose!
Tapi menurut teman saya, itu sama sekali tidak memakan banyak waktu. Karena bahan-bahan yang ia gunakan semuanya sudah tersedia di rumah. Tinggal cemplang-cemplung ini itu, masukkan dalam oven, voilaa! Jadi deh cemilan yang cukup maknyus!
Sama halnya dengan Ibu saya, waktu anak-anaknya masih kecil, Beliau sering membuat aneka ragam cemilan enak dan semuanya hanya mempunyai satu nama yang sama ; "Kurdi" alias syukur jadi. Dibuat dengan menggunakan teori cemplang-cemplung ditambah sedikit do'a agar hasilnya enak dan disukai anak-anak.
Jadi jangan pernah coba-coba bertanya kepada ibu soal resep, jawabannya akan sama. Gampang! Tinggal cemplang-cemplung, kira-kira saja! Hasilnya? Lihat tuh, anak-anak ibu gemuk-gemuk semua!
Nah luh!
Untuk wanita pekerja seperti saya, yang selalu cari alasan tidak pernah punya waktu, teori cemplang-cemplung sepertinya memang sangat menarik untuk dicoba, tapi kenyataannya tidaklah semudah itu!
Saya tahu, karena pernah mencobanya. Maksud hati ingin membuat cemilan "Kurdi" atau syukur jadi, seperti cemilan buatan Ibu, tapi kok hasilnya malah jadi cemilan "Bejinak" alias benar-benar jadi tapi gak enak! Ha ..ha.
Jangankan menggunakan teori cemplang-cemplung, wong dengan menggunakan resep saja, hasilnya kadang masih suka ambyar, kok! He..he..
Pokoknya kalau soal membuat cemilan, saya adalah orang yang paling tidak bisa diandalkan.