Tidak bisa dipungkiri kalau ciptaan Tuhan yang satu ini memang hebat! Corona virus atau punya nama gaul si COVID-19 memang telah membuat dunia beserta isinya bertekuk lutut. Tidak pandang bulu!
Tapi jangan salah ceritaku kali ini bukanlah untuk membahas topik yang pandemik itu lho, karena toh cerita COVID-19 tersebut sudah banyak berseliweran di Kompasiana, mulai dari yang masuk kategori headline, terpopuler, nilai tertinggi, pilihan bahkan yang tidak terpilih sekalipun.
Sampai di sini, masih tertarik untuk baca ceritaku, gak? Yuk, dilanjut.
Dampak dari COVID-19 membuat kantorku sepi. lobby ditutup. Customer yang datang dibatasi dan itupun harus berdasarkan appointment melalui health screening sebelumnya.
Pemerintah Amerika memberi ultimatum setiap perkumpulan tidak boleh lebih dari sepuluh orang, mengakibatkan jumlah karyawan di kantor cabangku menyusut menjadi delapan orang karena sebagian memilih bekerja dari rumah.
Otomatis batasan tamu yang dapat di layani hanya dua orang saja untuk setiap appointment-nya.
Pagi itu telpon di mejaku berdering, ada telpon masuk yang ditransfer oleh Customer Service. Ternyata berasal dari sepasang sejoli yang sedang putus asa karena pesta perkawinannya harus dibatalkan sehubungan dengan pandemic COVID-19.
Sebetulnya mereka sudah mendapat lisensi perkawinan dari Clerks Of Circuit Court , kalau di Indonesia barangkali setara dengan Catatan Sipil, jadi tinggal melakukan upacaranya saja guna mendapatkan sertifikat perkawinan.
Bagi mereka tanggal yang telah ditentukan untuk upacara perkawinan tersebut mempunyai arti tersendiri dan mereka benar-benar menginginkan tanggal itu tercantum secara resmi di dalam sertifikat perkawinannya.
Untuk melangsungkannya di Catatan Sipil, rasanya tidak mungkin, karena kantor-kantor pemerintahan semua ditutup untuk umum dan hanya melayani kegiatan yang sifatnya mendesak saja.
Kebetulan di kantor aku juga merangkap sebagai seorang Notary Public (Notaris) yang kalau di negara Paman Sam, penjabaran dari seorang Notaris kira-kira seperti ini :