Stasiun Lempuyangan selama ini memang identik dengan stasiun kelas dua setelah Stasiun Tugu Yogyakarta. Wajar, karena Lempuyangan lebih banyak melayani kereta kelas ekonomi dan juga CommuterLine, sedangkan di Tugu identik dengan kelas eksekutif.
Namun, bukan berarti tak ada kelas eksekutif yang berangkat dari Stasiun Lempuyangan. Ambil contoh, kereta api Gajahwong tujuan Pasar Senen yang terdiri dari rangkaian ekonomi dan eksekutif dalam satu rangkaian.
H+3 lebaran, mereka yang akan melakukan perjalanan balik menggunakan kereta api dari Stasiun Lempuyangan terpantau mulai menggeliat. Suasana ramai tetapi masih terbilang wajar dan tidak ada kerumunan yang luar biasa.
Menunggu kereta di Stasiun Lempuyangan idealnya memang 2-3 jam sebelum keberangkatan. Dan rupanya menunggu di stasiun ini sama sekali tak membosankan.
Saya sendiri sempat takjub dengan wajah Stasiun Lempuyangan yang berubah total sejak terakhir kali singgah di stasiun ini beberapa tahun lalu. Stasiun Lempuyangan terkini tampak lebih modern, bersih dan tertata rapi.
Deretan bangku bagi calon penumpang yang menunggu kereta, bahkan tak kalah dengan Bandara. Beberapa titik bangku juga berdekatan dengan colokan charger, yang tentu saja menjadi kebutuhan banyak orang saat ini.
Beberapa fasilitas lainnya, seperti tempat bermain anak, toilet, mushola hingga spot-spot untuk berfoto, menjadikan Stasiun Lempuyangan kian lengkap memanjakan penumpang.
Pada akhirnya, Stasiun Lempuyangan menjadi saksi berakhirnya masa mudik bagi sebagian orang. Waktu seolah berjalan begitu cepat, dan kereta api yang menuju ke Jakarta akan membawa manusia-manusia kembali menghadapi hiruk pikuk pergulatan hidup selanjutnya.