Beberapa hari menjelang berangkat ke Ambon, Maluku, sejumlah kawan merekomendasikan saya untuk ngerujak di sana.
"Jangan lupa ke Pantai Natsepa, ngerujak di sana, sambalnya mantap," ujar seorang kawan.
Saya hanya menganggapnya angin lalu. Ngerujak bukanlah kegiatan favorit saya dan hingga saat itu saya belum ngeh kalau rujak di Pantai Natsepa memang menjadi kuliner khas di Ambon.
Hingga kemudian ketika sudah berada di Ambon, beberapa hari lalu, seorang kawan yang asli Ambon dengan penuh semangat mengajak saya untuk menyambangi Pantai Natsepa.
"Yuk jalan-jalan dulu ke Pantai Natsepa, di sana kita makan rujak. Beta ndak bohong, belum ke Ambon kalau belum makan rujak Natsepa," ujarnya.
Perjalanan naik kendaraan dari pusat kota ke Pantai Natsepa menempuh waktu sekitar 25 menit saja. Ketika sampai di lokasi, berderet kios kayu di pinggir pantai sepertinya kompak menjual menu yang sama, yakni rujak Natsepa.
Dari sekian banyak kios yang buka, kios milik Mama Ci menjadi pilihan kami. Perempuan tua tersebut dengan sigap menawarkan pilihan rasa pedas atau tidak.
"Pediskah?" tanya Mama Ci.
"Iya, pedis Ma," jawab saya.
Saat menjawabnya, saya bahkan lupa jika sejam sebelumnya baru saja makan ikan bakar dengan sambal yang pedis dan bikin mulut 'hoh-hah-hoh-hah'. Tapi ah, demi rasa penasaran sudah berada di Natsepa, maka se-pedis apapun rujak bikinan Mama Ci nanti akan saya terima.