Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Catatan Kecil Menyoal Mudik Gratis Kemenhub

1 Juli 2017   22:55 Diperbarui: 2 Juli 2017   16:05 982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tiket yang saya pegang (foto: widikurniawan)

"Mas nomor berapa? 20 ya? Sama, saya juga 20, tapi coba hitung, busnya cuma ada 19," ucap seorang pemuda kepada saya.

Saya mulai pening, istri saya mulai terlihat lelah, sedangkan kedua anak saya tampak mulai uring-uringan.

"Yah, namanya juga gratisan, beginilah nasib..." celetuk seorang ibu. Entah pada siapa ia bicara.

Meski terlihat banyak petugas dengan kaos putih bersileweran, tapi kenyataannya tidak satu pun informasi valid bisa dipegang oleh kami. Tidak jarang informasinya berbeda dan tidak jelas, sehingga membuat kami, peserta yang belum mendapatkan bus semakin resah.

"Jumlah bus cuma 19, kalau tiketnya sampai ada nomor 20 berarti tiket gelap itu," ucap seorang petugas berbaju putih dengan ketus.

Walah, baru kali ini kami dianggap penumpang gelap. Mungkin dia tidak pernah tahu ada lomba blog di Kompasiana yang resmi bersama Kemenhub menyediakan tiket gratis.

Saya pun berusaha menghubungi Saudara Fauzan dari Kemenhub, yang nomornya saya dapatkan dari pihak Kompasiana sebagai kontak person. Setelah berusaha menelepon berkali-kali, akhirnya beliau menjawab telepon saya.

"Iya maaf Pak, kami sedang usahakan bus bantuan, segera datang ke sana. Ini penyebabnya barangkali karena banyak yang mengira hari keberangkatannya sekarang padahal ada yang mestinya besok baru berangkat," tutur Fauzan menjawab pertanyaan saya.

Mendengar tentang bus bantuan, seolah ada sedikit titik terang, tetapi bagi saya dan keluarga sendainya tidak jadi berangkat mudik pun tidak menjadi persoalan besar karena kami sudah pasrah. Namun, bagi mereka peserta mudik yang sudah terlanjur mengirimkan sepeda motornya dan hingga saat itu belum mendapat kejelasan soal bus, tentu amatlah gelisah.

"Baru kali ini kacau begini, tahun lalu tidak ada masalah meski berangkatnya siang. Tahun lalu tertib, semua penumpang masuk sesuai nomor busnya. Tetapi memang saat itu banyak bus yang tidak penuh, mungkin banyak yang nggak jadi mudik. Nah, bisa jadi sekarang panitia suruh kita dulu-duluan masuk bus tanpa nomor supaya bisa penuh semua, supaya jalanan juga berkurang macetnya kalau isi bus efektif penuh semua," nah inilah analisis dari salah seorang peserta. Cukup masuk akal, tapi akibatnya ada yang dikorbankan juga.

"Ayo, ayo! Yang belum dapat bus ikut saya semua!" akhirnya setelah hampir 40 menit tanpa kejelasan, ada juga petugas yang mengarahkan kami. Ia membawa kami bergeser sekitar 200 meter, tapi sampai di tujuan, kami hanya disuruh menunggu lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun