[caption id="attachment_123185" align="aligncenter" width="640" caption="Gunung Santri, Bojonegara, Kabupaten Serang, Provinsi Banten."][/caption] MEDIO pekan lalu saya berkunjung ke Gunung Santri, Bojonegara, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Walaupun kalau dilihat dari ketinggiannya lebih pas disebut bukit, tapi orang banyak menyebutnya Gunung Santri lantaran melihat bentuknya, ya memang seperti gunung. Gunung Santri terletak sebelah barat laut pantai utara Banten, 25 Km dari Kota Serang atau sekitar 7 Km dari Kota Cilegon. Di puncak gunung itulah terdapat makam waliyullah Syekh Muhammad Soleh bin Abdurrohman, yang wafat pada usia 76 tahun, 461 tahun lalu, atau tepatnya pada tahun 1550 Masehi/958 Hijriah. Selain makam Syeikh Muhammad Sholeh, di puncak Gunung Santri juga terdapat Makam Syeikh Maulana Malik Isroil. Ulama kelahiran Turki ini diutus Sultan Muhammad I sebagai salah satu anggota Wali Songo periode pertama. Almarhum memiliki garis keturunan (nasab) langsung dari Rasullulah Muhammad SAW. Beliau memiliki 3 murid yang diapersiapkan untuk menjadi Raja, yaitu Maulana ‘Ainul Yaqin (Sunan Giri), Raden Fatah (Demak) dan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Maulana Malik Isroil yang wafat 1435, juga dikenal sebagai ahli tata negara. Lalu, juga ada makam Maulana Muhammad Ali Akbar Ulama dari Persia (Iran) seorang ulama ahli pengobatan dan pertanian yang berdakwah di Jawa Tengah. [caption id="attachment_123186" align="aligncenter" width="640" caption="Peziarah datang dari berbagai daerah, bahkan dari luar negeri."]
[/caption] Untuk mencapai puncak, Anda harus berjalan kaki menaikki anak tangga yang meliuk-liuk bagai ular, sepanjang sekitar 600 meter. Tak sedikit orang yang kelelahan. Mereka biasanya terpaksa berhenti untuk istirahat sejenak, sambil mringas-mringis mengurut-urut betis kakinya. Apalagi mereka yang sudah cukup berumur, nafasnya akan terengah-engah saat sudah menempuh separuh jalan. Saat menaikki tangga, Anda akan banyak menjumpai kotak-kotak sodaqoh di tengah jalan atau para lelaki dan wanita tua renta yang menadahkan tangan mengharap sedekah dari peziarah. Itu sebabnya, Anda perlu menukar uang koin ke "money changer" yang berjajar di tepi jalan. Namun, jika Anda tak berniat memberipun tidak jadi masalah, karena mereka tak memaksa dan hanya berharap sedekah dengan hati ikhlas. Jika di tengah pendakian Anda kehausan, bisa membeli minuman sambil beristirahat di warung-warung yang berjajar di pinggir tangga. Bagi sebagian besar warga, khususnya dari Desa Beji, keberadaan Gunung Santri memang dimanfaatkan untuk mencari penghasilan. Saat mau pulang Anda juga bisa membeli cenderamata atau suvenir mulai dari buku Gunung Santri sampai kaos oblong. [caption id="attachment_123188" align="aligncenter" width="640" caption="Peziarah menaiki dan menuruni ratusan anak tangga."]
[/caption] [caption id="attachment_123189" align="aligncenter" width="640" caption="Dua wanita tua renta mengharapkan sedekah yang ikhlas."]
[/caption]
[caption id="attachment_123191" align="aligncenter" width="640" caption="Masyarakat mencari nafkah dengan berdagang."]
[/caption] Di puncak gunung saya bertemu salah seorang pengurus makan yang bernama Agus Santoso. Lantaran sudah sejak lima tahun lalu mengurus makam, Agus sudah bisa mengenali tipe peziarah. Peziarah ia bagi menjadi dua, yaitu yang dzohir dan khusus. Peziarah dzohir hanya mengharapkan keberkahan semata, sedangkan peziarah khusus mengharap kesembuhan dari penyakit hatinya. "Jadi bagi peziarah khusus, kalau datang ke puncak Gunung Santri ibarat berobat ke rumah sakit. Dokternya adalah almarhum Syeikh Muhammad Sholeh bin Abdurrohman, sedangkan kesembuhan penyakit datangnya dari ridho Allah SWT semata. Oleh sebab itu, peziarah khusus umumnya berhari-hari di sini seperti dirawat inap di rumah sakit," ungkap Agus, yang dulu pernah bekerja sebagai satpam ini. [caption id="attachment_123192" align="aligncenter" width="640" caption="Peziarah selalu ramai menjelang Bulan Suci Ramadhan."]
[/caption] [caption id="attachment_123194" align="aligncenter" width="640" caption="Batu nisan makam Maulana Malik Isroil."]
[/caption] [caption id="attachment_123195" align="aligncenter" width="640" caption="Peziarah yang mengharapkan keberkahan."]
[/caption] Sebagian peziarah membawa air putih dan meletakkannya di dekat makam Syekh Muhammad Sholeh bin Abdurohman. Terbukti air yang terkena kalimat-kalimat dzikir dan doa memiliki energi positif yang sangat baik apabila diminum atau dibasuhkan ke bagian tubuh. Setelah selesai melakukan ritual ziarah, Anda tak perlu tergesa-gesa langsung turun. Pemandangan yang indah dari puncak Gunung Santri sayang untuk dilewatkan begitu saja. Nikmati sambil menyantap makanan dan minuman di warung yang ada di puncak Gunung Santri. Dari puncak sisi barat Anda bisa menikmati pemandangan alam pedesaan dengan latar belakang pegunungan. Sedangkan dari puncak sisi timur, Anda bisa menyaksikan perbukitan batu cadas dan hamparan Laut Jawa. [caption id="attachment_123196" align="aligncenter" width="640" caption="Indahnya pemandangan dari puncak sisi barat."]
[/caption] Saat pulang menuruni anak tangga, sebaiknya berhati-hati. Jika membawa anak atau orang tua yang sudah renta sebaiknya dituntun saja. Jagalah selalu anak Anda, jangan sampai terjadi hal yang tidak diinginkan. Anjurkan kepada anak-anak tidak banyak bercanda selama berada di Gunung Santri, karena tempat ini memang bukan arena bermain.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Lihat Travel Story Selengkapnya