Artikel ini merupakan uraian dinamika Kompasiana beserta ragam aspek yang mempengaruhi/berkontribusi terhadap penentuan teknis pengelolaan konten dari satu waktu ke waktu lainnya. Artikel ini juga dibuat untuk merespons pertanyaan yang diutarakan oleh beberapa responden In-depth Interview (IDI) pada riset motivasi pembuat konten di Kompasiana dan persepsinya terhadap upaya peningkatan jumlah keterbacaan konten.
Untuk dapat mengetahui narasi lengkapnya, mohon membaca artikel sebelumnya yang terlebih dulu tayang, dengan judul "Ekosistem Kompasiana dalam Kedinamisan Ruang Digital".
----------------------------------
Upaya Peningkatan Keterbacaan
Sejak tahun 2020 Kompasiana juga berupaya membantu Kompasianer memperoleh jumlah keterbacaan yang lebih tinggi dengan pertama-tama menyadari topik konten yang dibutuhkan pembaca, lalu mengemas kontennya dengan sejumlah teknik yang membantu optimasasi dari aspek SEO. Oleh karenanya, jika Anda perhatikan, pada bagian dashboard Kompasiana, kami telah memberikan sejumlah panduan optimasi konten yang dapat membuka peluang lebih tingginya perolehan keterbacaan Anda.
Meski demikian, panduan tersebut juga perlu disertai dengan pemilihan topik konten dan formulasi kata kunci serta paragraf yang tepat untuk bisa lebih optimal lagi. Dan selama ini Topik Pilihan adalah salah satu alat yang dapat membantu Anda memilih topik tulisan dengan kata kunci yang sedang mengalami peningkatan pencarian saat itu.
Maka, dengan demikianlah saya menjawab pertanyaan Kompasianer pada sesi IDI bulan Agustus lalu. Perubahan yang sempat terjadi pada Topik Pilihan yang terkesan memberikan kesempatan lebih besar bagi penulis gaya hidup, sesungguhnya adalah salah satu respons Kompasiana terhadap sejumlah perkembangan kontemporer yang sedang berlangsung. (Mengapa yang sempat mendapat porsi lebih besar adalah gaya hidup? Penjelasannya dapat Anda baca pada artikel sebelumnya, pada bagian tren pencarian sejak pandemi 2020).
Kompasiana memang secara berkala melakukan evaluasi, mengamati dinamisnya perubahan yang terjadi di jagat digital, dan melakukan serangkaian uji coba demi uji coba di Kompasiana untuk beradaptasi. Semuanya adalah proses yang tak putus dan lazim terjadi di semua platform, terutama di media sosial dengan perubahan algoritma, behavior, dan fitur layanan yang berganti secara stimulan.
Meski demikian, kami memahami bahwa perubahan demi perubahan yang diterapkan dapat membuat sebagian pihak merasa kurang nyaman, atau bahkan merasa dirugikan. Atas segala kekurangan, kekeliruan dan dampak tidak menyenangkan yang diakibatkan oleh sejumlah proses tersebut, Kompasiana memohon maaf kepada para Kompasianer yang kurang berkenan.