Mohon tunggu...
Widha Karina
Widha Karina Mohon Tunggu... Penulis - Content Worker

seni | sejarah | sosial politik | budaya | lingkungan | buku dan sastra | traveling | bobok siang. mencatat, menertawakan keseharian, dan menjadi satir di widhakarina.blogspot.com dan instagram.com/widhakarina

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memahami Motivasi Membuat Konten dan Ragam Implikasinya

6 Oktober 2021   19:01 Diperbarui: 6 Oktober 2021   19:09 1174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengetahui motivasi menulis. Sumber ilustrasi Pexels/KETUT SUBIYANTO

Karena itulah saya pernah menyampaikan dalam sebuah sesi A-Z Kompasiana bahwa motivasi sangat menentukan ke mana konten Kompasiana kita akan bermuara. Kita bisa memilih: mau membuat konten yang berpotensi menjadi Artikel Utama, atau mau membuat konten yang potensial dibaca banyak orang? Karena bisa jadi teknik yang ditempuh dan konsekuensinya pun berbeda.

  • "Kalau mau keduanya bagaimana, Mbak?"
    Bisa! Seorang responden IDI kemarin adalah salah satu orang yang berhasil mengaplikasikannya, hanya dengan mengandalkan teknik menulis.

  • "Apa mungkin karena responden tersebut anak muda, Mbak? Jadi beliau bisa mengikuti perkembangan zaman dan belajar SEO?"
    Menariknya lagi, responden ini bukan berasal dari segmen usia 18-35 yang kini merajai jagat digital kita. Justru, responden ini berusia lebih dari 40 tahun. Mungkin kita bisa belajar dari beliau?

  • "Tapi Mbak, menulis sesuai dengan tren itu membosankan. Semua orang jadi membicarakan hal yang sama. Jadinya tidak ada kebaruan."
    Saya setuju, tetapi juga tidak setuju.

Menulis berdasarkan tren memang sekilas membuat kita terlihat seperti membebek, ikut arus, atau seperti tidak punya pendirian/kekhasan. Efeknya mungkin cenderung kurang menyenangkan bagi kita yang sedang membangun reputasi dan personal branding. Mungkin kita menganggap aneh jika ada penulis finansial ternama tiba-tiba menulis tentang animo drama Korea.

Akan tetapi bukan berarti artikel yang mengulas trending topic adalah konten yang tidak berkualitas. Bukan berarti orang yang suka menulis berdasarkan tren dapat kita katakan tidak memiliki karakter. Justru, karakter kuat lah yang akan membuat tulisan sesuai tren memiliki angle unik, sudut pandang berbeda, dan bernilai jual. Bisa jadi penulis finansial tadi akan secara kreatif mengulas kisah "Squid Game" dari sudut pandang pengelolaan dana darurat dan manajemen risiko utang.

Kita dapat melatih diri kita membuat sesuatu yang segar dari sebuah topik yang klise. Caranya banyak sekali. Misalnya dengan belajar memantau tren (ini mirip dengan rekan-rekan yang suka melihat fluktuasi pasar saham), mengasah kepekaan sehingga mampu melihat detail-detail kecil yang jarang diulas oleh penulis lain, rajin mengetes selera pasar, mengatur waktu tayang supaya tidak keduluan penulis lain, dan lain sebagainya.

Tapi di sisi lain, juga tak ada yang salah dengan mempertahankan idealisme dan konsistensi topik koten sesuai preferensi/bidang kepakaran kita. Pasti ada benefit lain yang bisa kita dapatkan dengan mempertahankan hal tersebut. Intinya, semuanya bergantung pada pilihan kita.

Lalu, bagaimana jika saya berbalik bertanya kepada Anda semua. "Apa motivasi Anda membuat konten di Kompasiana?"

Tak perlu dijawab karena semua motivasi sahih, tak ada yang keliru. Semoga tulisan saya yang tak menggunakan teknik apa-apa ini, dapat membantu Anda menelisik kembali jawabannya.

Widha Karina
Kompasiana Content Superintendent

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun