Mohon tunggu...
Widha Karina
Widha Karina Mohon Tunggu... Penulis - Content Worker

seni | sejarah | sosial politik | budaya | lingkungan | buku dan sastra | traveling | bobok siang. mencatat, menertawakan keseharian, dan menjadi satir di widhakarina.blogspot.com dan instagram.com/widhakarina

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cita-citanya Sih, Ingin Jadi Sailormoon untuk Indonesia

17 Agustus 2017   19:53 Diperbarui: 29 Agustus 2017   10:16 1121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sailormoon kesayangan! (viu.tv)

Menjadi pahlawan menurut versi kita sendiri
Bocah cengeng yang dulu pernah mengaduh "Bangsaku kenapa begini?" sekarang tak lagi hitam putih melihat fenomena. Terutama karena yang namanya kuliah, tetap saja kebutuhannya pragmatis: lulus! Hahahaha.... Meski sesuai passion, toh tetep aja saya tidak begitu menggemari mata kuliah berbau pemilu dan lembaga negara. Kok ya saya lebih suka yang seru gitu ngomongin orang, konflik, atau kajian budaya, daripada nongkrongin perkara lembaga dan sistem. Ehe....ehe.....

Dan obsesi menjadi pahlawan? Tentu saja masih ada, karena itulah yang roh yang membuat saya tetap menggenggam valuedalam menjalani keseharian. Tentu tidak dalam definisi kaku, tidak harus menjadi seorang TNI atau duduk dalam jabatan pemerintahan. Saya bisa mengaplikasikannya dalam apapun yang saya temui. Misal, menghemat air. Atau menghindari duduk di bangku prioritas saat naik CommuterLine atau Transjakarta supaya saya tidak mengambil hak lansia yang datang belakangan dan membutuhkan tempat duduk.

Cara lain, tidak mendiskriminasikan rekan-rekan Indonesia Timur dengan menaruh standar kecantikan Indonesia hanya untuk perempuan berambut lurus dan berkulit kuning langsat (wong saya juga keling). Dalam sosial politik yang pernah saya pelajari, saya gemar menambah kisah dari teman-teman Indonesia Timur dan gandrung berkunjung ke lokasi sejarah ketika traveling.

Atau dalam profesi, tidak serta merta menghakimi preferensi seseorang lantaran artikel yang ditulisnya "tampak melenceng" dari pola pikir orang-orang kebanyakan. Toh pemikiran seseorang tidaklah ahistoris, memuat banyak dimensi dan memiliki kompleksitas yang belum tentu saya pahami.

Sulit? Iyalah, jelas. Saya sering luput dengan roh yang saya yakini sendiri dan tidak jarang malah menjadi penjahat yang memperburuk wajah Indonesia itu sendiri (deuile).

Yang sudah saya perbuat untuk Indonesia?
Apalah saya, cuma remah-remah ebi di atas Pempek Megaria. Yang baru saya lakukan hanya membekali diri sendiri untuk menjadi bagian masyarakat Indonesia yang mudah-mudahan tidak lupa sejarah. Membekali diri bahwa plural adalah sebuah keniscayaan di Indonesia dan tidak sepantasnya ada yang menangis karena ketidaktahuannya mengenai pigura besar bernama Indonesia. Membekali diri untuk selalu melatih empati dan memberi ruang bagi mereka yang selama ini tidak berdaya, tereksklusi, lemah, dan tersingkir.

Yang sudah saya perbuat: berkontribusi dari hal-hal kecil, mulai dari diri sendiri. Maaf ya, baru itu

Dirgahayu Indonesia kesayangan!
Dari Sailormoon cupu yang akhirnya cuma bisa bekerja di balik layar

Bocah kelas 3 SD yang tua sejak dalam pikiran. Lucu ngets ya. Gemats. Uwuwuwuwuw (Dokumentasi Pribadi)
Bocah kelas 3 SD yang tua sejak dalam pikiran. Lucu ngets ya. Gemats. Uwuwuwuwuw (Dokumentasi Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun