Mohon tunggu...
Widha Karina
Widha Karina Mohon Tunggu... Penulis - Content Worker

seni | sejarah | sosial politik | budaya | lingkungan | buku dan sastra | traveling | bobok siang. mencatat, menertawakan keseharian, dan menjadi satir di widhakarina.blogspot.com dan instagram.com/widhakarina

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kaleng dari Masa Lalu

18 Januari 2016   19:41 Diperbarui: 18 Januari 2016   22:02 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Indonesia sendiri terlambat mengoleksi. Ketika Jepang sudah punya museum, orang-orang di Indonesia baru mulai mengumpulkan,” tandasnya. Menurut Fery, belakangan ini pencarian mainan kaleng tua terasa semakin sulit. Pasalnya, dewasa ini kolektor lama harus bersaing dengan kolektor baru yang belum tentu memiliki tujuan mengoleksi, namun juga berinvestasi. (Lihat video Museum Tintoy Jepang di sini).

Anda ingin mengoleksi mainan kaleng sebagai benda dekorasi di sudut-sudut rumah? Jangan khawatir. Meski mainan kaleng di Indonesia relatif sulit ditemukan, Tiongkok tetap memproduksi mainan ini hingga sekarang (meski dengan kualitas yang berbeda dengan para pendahulunya). Di Indonesia, salah satu pengimpornya adalah The Tin Industry. Untuk perawatan, Fery menyarankan Anda supaya menjauhkan kaleng dari air dan udara yang lembab demi mengurangi resiko karat. Sesekali, mainkan mainan Anda untuk menjaga mesin/motornya tetap aktif. “Tapi, mainan keleng yang masih mulus rasanya gimana..gitu. Lebih bagus yang sedikit karat,” gurau Fery yang tetap setia pada mainan kaleng vintage ketimbang yang baru. Anda juga mau berburu? Sediakan uang yang tidak sedikit, berkunjunglah ke perkumpulan kolektor mainan kaleng dan berlatihlah mengenali orisinalitas dan ragam mainan yang satu ini. 

[caption caption="Bahwasanya, di antara para kolektor telah beredar buku panduan, ensiklopedia dan katalog yang memuat daftar mainan kaleng yang diproduksi di Eropa dan Jepang. Supaya tak dibohongi penjual barang bekas nakal, cobalah mulai membaca buku-buku semacamnya untuk mengetahui identitas mainan (seri produksi, tahun pembuatan dan kisaran harga). (Foto dokpri)"]

[/caption]

Artikel ini dibuat sendiri, telah dimuat pada rubrik Collecting di majalah Martha Stewart Living Indonesia Edisi Juni 2014 dengan judul yang sama. Untuk kebutuhan Kompasiana, penulis telah melakukan berbagai penyesuaian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun