Mohon tunggu...
Wida Reza Hardiyanti
Wida Reza Hardiyanti Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti dan konsultan

Berkarir sebagai peneliti ekonomi, hukum, dan sosial. Saat ini aktif sebagai konsultan dalam beberapa proyek penelitian dan pembangunan ekonomi. Hobi menulis, membaca, menonton film, dan bercengkrama bersama keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kisah Cinta di Asrama: Menyingkap Pemicu dan Upaya Pencegahan Perasaan Suka Sesama Jenis

24 Juli 2023   15:07 Diperbarui: 24 Juli 2023   15:36 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Freepik
Sumber: Freepik

"Memberikan edukasi seksual yang tepat dan terbuka kepada anak adalah investasi untuk masa depan yang penuh pemahaman, penghargaan diri, dan kesehatan mental dan spiritual."

Dalam lingkungan tempat asrama, cerita cinta lokasi (cinlok) seringkali menjadi pusat perhatian. Namun, ada satu hal yang menarik untuk kita telusuri secara tajam dan mendalam: mengapa tempat asrama bisa menjadi tempat pemicu timbulnya perasaan suka sesama jenis (LGBTQ+)? Dan yang lebih penting, bagaimana kita bisa mencegahnya?

  1. Lingkungan Dekat dan Persahabatan yang Kuat. Tempat asrama menawarkan lingkungan yang dekat dan interaksi yang intens antara para penghuninya. Kebersamaan sehari-hari dan ikatan persahabatan yang kuat bisa menjadi faktor utama yang memicu timbulnya perasaan suka sesama jenis. Ketika kita berbagi banyak waktu bersama, koneksi emosional bisa berkembang menjadi lebih dalam dan intim.
  2. Eksplorasi Identitas Diri. Masa remaja adalah waktu di mana banyak individu mulai menjelajahi dan memahami identitas diri mereka. Di tempat asrama, terutama di lingkungan yang mendukung dan inklusif, para remaja LGBTQ+ merasa lebih bebas untuk menggali perasaan mereka tanpa takut diremehkan atau dijauhi. Hal ini dapat memunculkan perasaan suka sesama jenis yang sebelumnya mungkin tersembunyi.
  3. Kondisi Terisolir dari Lingkungan Luar. Tempat asrama seringkali berada di dalam kompleks atau area tertutup yang menyebabkan penghuninya terisolir dari lingkungan luar. Keterbatasan interaksi dengan orang luar dapat mengakibatkan para penghuni asrama lebih mengandalkan dan terlibat dalam hubungan yang intens di antara sesama penghuni. Dalam situasi seperti ini, rasa kebersamaan dan saling dukung antara sesama penghuni asrama dapat berkembang dengan lebih kuat.
  4. Tidur Bersama dan Interaksi yang Intens. Kehidupan di tempat asrama seringkali melibatkan tidur bersama atau tinggal dalam ruang yang sama dengan sesama penghuni. Kondisi ini bisa menciptakan ikatan yang lebih intim dan mendalam antara individu-individu yang tinggal di asrama. Tidur bersama dan interaksi yang intens dapat memicu timbulnya perasaan cinta dan ketertarikan secara emosional terhadap sesama penghuni asrama, termasuk perasaan suka sesama jenis.
  5. Kurangnya Interaksi dengan Orang Luar. Para penghuni asrama cenderung menghabiskan banyak waktu bersama dan memiliki interaksi yang lebih terfokus dengan sesama penghuni dibandingkan dengan interaksi dengan orang luar. Ketika kurangnya interaksi dengan orang luar, para penghuni asrama mungkin mengalami kebutuhan emosional yang dipenuhi oleh hubungan yang terjalin di dalam asrama. Hal ini dapat menyebabkan terciptanya ikatan emosional yang kuat dan mendalam, termasuk timbulnya perasaan suka sesama jenis.

Bagaimana Kita Bisa Mencegahnya?

  1. Edukasi dan Kesadaran mengenai isu LGBTQ+ merupakan langkah penting dalam mencegah munculnya perasaan suka sesama jenis di tempat asrama.
  2. Penyuluhan dan Konseling Penyuluhan mengenai identitas gender dan seksualitas, serta konseling bagi para penghuni asrama dapat membantu mereka dalam menjalani proses eksplorasi identitas diri. Dukungan profesional dapat memberikan bimbingan dan ruang untuk berbicara secara terbuka tentang perasaan dan emosi yang dialami. Penghuni asrama juga perlu diberikan pemahaman mengenai edukasi seksual yang benar.
  3. Pemantauan psikologis secara berkala dapat membantu mengidentifikasi gejala-gejala awal atau perubahan perilaku yang mungkin menandakan adanya perasaan suka sesama jenis. Dengan bantuan profesional, individu tersebut dapat menerima dukungan dan panduan yang tepat dalam menghadapi perasaan dan emosi mereka.
  4. Dukungan Emosional dan Penguatan Mental berperan penting dalam menjaga emosi dan mental para penghuni asrama. Hal ini merupakan aspek penting untuk mencegah timbulnya perasaan suka sesama jenis yang mungkin diakibatkan oleh tekanan sosial atau stres.
  5. Pengawasan dan Pendampingan Staf untuk membantu mencegah konflik atau situasi yang memicu perasaan suka sesama jenis dengan tidak sehat.
  6. Pembentukan Karakter dan Aspek Spiritual perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya perasaan suka sesama jenis. Dengan pengamalan agama yang kuat, seseorang akan terhindar dari perilaku seksual yang tidak sesuai dengan syariat agama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun