Mohon tunggu...
WIDAFA1998
WIDAFA1998 Mohon Tunggu... Freelancer - Aku akan manusia, penuh karunia dan dosa

Seorang mahasiswi yang baru saja lulus dan mencari mencoba mencari peruntungan di dunia digital

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Manusia, Akal, dan Nafsu

26 Desember 2017   22:44 Diperbarui: 26 Desember 2017   23:05 1003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: pexels.com

Dalam kemajuan dunia, akal pikiran juga ikut berkembang sebagai pendukung peradaban. Pola pikir baru dengan beberapa  metode baru dalam menghadapi suatu konflik yang baru. Dengan akar masalah yang sama namun memiliki berbagai penyelesaian yang berbeda, adanya hal itu dapat menjadikan manusia maju terhadap peradaban maupun dalam pribadi mereka sendiri. 

Beberapa masalah yang sedang runyam yaitu mulai berkembangnya pola pikir meniru dan statis. Terbentuknya masyarakat statis dan meniru lebih terlihat seperti masyarakat kuno. Dengan adanya dukungan hebat dari jiwa mereka, segala kemungkinan bisa terjadi.

Dalam bukunya Peter Thiel yang berjudul Zero to One menjelaskan bahwa ada dua bentuk kemajuan: horizontal dan vertikal. Kemajuan horizontal atau ekstensif inilah yang sedang terjadi sekarang ini dengan arti sikap meniru hal-hal yang telah berhasil dilakukan, sebagai contoh apabila Anda melihat sebuah sempoa lalu membuat 100 buah sempoa lagi.

 Lain halnya dengan kemajuan vertikal atau kemajuan intensif yang berarti mengerjakan hal-hal baru dan belum dikerjakan oleh orang lain, yaitu ketika Anda mempunyai sebuah sempoa kemudian membuat sebuah kalkulator.

Dalam beberapa kasus di Indonesia mengenai keranjingan internet yang sekarang memanas mulai mengalami pengembangan kasus. Pemanfaatan internet yang dapat menjadi virus kecanduanan dan menciptakan pola pikir sesuatu serba otomatis merupakan dampak yang paling nyata namun tetapi masih banyak efek yang tersembunyi. 

Dengan adanya fasilitas tersebut, masyarakat dengan mudahnya menirukan apa yang mereka lihat dan yang dianggap hitz tanpa adanya pemilahan terlebih dahulu. Dengan keadaaan yang demikian,s kemungkinan besar juga menciptakan pemikiran meniru hal yang telah dilakukan orang sebelumnya. Buruknya, Indonesia memilki minat yang kuat dalam meniru tetapi tidak untuk menggembangkannya.

Indonesia dapat dikatakan meloncati masa membaca dan langsung menuju ke masa industri. Hal ini sungguh buruk apabila Anda menarik kesimpulan dari kedua premis tersebut.dimana masa sekarang ilmu pengetahuan lebih dibicarakan untuk menuju pada kemajuan. Dampaknya untuk sekarang ini, Indonesia memiliki sifat malas membaca.

Apa pengaruh budaya membaca dalam percaturan dunia? Membaca merupakan salah satu budaya yang sangat penting dalam pengembangan akal, jika manusia berfikir bahwa pengalaman hidup saja sudah cukup membantu mendewasaan jiwa mereka maka mereka salah besar. 

Pada dasarnya kemajuan tidak hanya cukup dengan jiwa yang kuat namun juga akal yang sehat dan cerdas, apabila Anda berfikir dengan melihat dan ikut melakukan apa yang telah berhasil adalah cara yag benar maka Anda juga salah. 

Mengandalkan pola meniru maka suatu negara akan mendapat kehancuran bukan kemakmuran. Kebanyakan orang mengira masa depan dunia akan ditentukan oleh globalisas, padahal sebenarnya teknologilah yang paling penting (Peter Thirl:2015). Disinilah peran membaca berlaku, dimana wawasan yang terambar di dalam otak kita bisa menjadi gambaran masa lalu, sekarang maupun masa depan.

Anda dapat membayangkan siapa saja yang menjadi korban:remaja, anak-anak bahkan orang tua. Salah satu hal lain yang salah dalam hal ini adalah kurang kuatnya moral dasar dari diri mereka. Perkembangan awal yang salah dengan pertumbuhan yang sembarang juga bisa menjadi pemicu, dari sini kita berbicara mengenai pribadi mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun