Mohon tunggu...
Widadi Muslim
Widadi Muslim Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang energik, atraktif dan murah senyum. Motivator dan penulis buku kependidikan. Juara kedua kompetisi edukasi Anlene Hidup Penuh Makna. Saat ini mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 164 Jakarta Selatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

SMPN 66: Meneladani Nabi Muhammad SAW

7 Oktober 2023   20:17 Diperbarui: 7 Oktober 2023   20:31 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta didik SMPN 66 Jakarta duduk rapi mendengarkan tausiyah. Foto: Widadi

Jumat pagi yang cerah. Peserta didik SMPN 66 Jakarta duduk rapi di halaman sekolah. Mereka mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Saya diundang untuk memberikan tausiyah. Di depan pintu masuk sekolah mereka menyambut saya dengan ramah.

"Assalamu'alaikum wr wb."

"Wa'alaikumussalam wr wb." Jawab mereka serentak

"Selamat datang di sekolah kami Ustadz." Sapa beberapa anak yang berdiri di pintu gerbang sekolah

"Terimakasih, ini sekolah yang bagus beruntung kalian bersekolah di sini."


"Gitarnya boleh saya bawakan Ustadz."

"Iya, silakan terimakasih."

"Wayangnya biar saya yang bawa Ustadz."

"Wah kalian anak-anak yang baik, jadi ringan nih bawaan."

Sesaat kemudian Pak Eko dan Bu Siti Rohmah menyambutku. Aku diarahkan menuju ruang kepala sekolah. Sementara di lapangan acara terus beberjalan.

"Silakan dicicipi roti dan jeruknya Ustadz." Kata kepala sekolah

"Alhamdulillah, terimakasih Bu."

Setelah berbincang-bincang dengan Ibu Meisyafora, M.Pd selaku Kepala SMPN 66 dan beberapa teman guru saya dipersilakan naik panggung. Petikan gitar mengalun pelan. Saya mengajak peserta didik menyanyikan lagu Pesan Ayah dan Ibu.

Ustadz Widadi, M.Pd mengajak peserta didik SMPN 66 menyanyikan lagu pesan ayah dan ibu. Foto: Widadi
Ustadz Widadi, M.Pd mengajak peserta didik SMPN 66 menyanyikan lagu pesan ayah dan ibu. Foto: Widadi

Jangan lupa-janganlah lupa

Kita baca basmalah

Sebagai tanda diawalinya

Perbuatan yang baik

Reff:

Ingat slalu pesan ibumu

Ingat pesan ayahmu

Bismillahirrahmanirrahim

Harus dibaca slalu (3X)

Ratusan peserta didik tampak gembira hal ini tampak dari senyum dan raut wajahnya. Saya melanjutkannya dengan bercerita.

"Dikeheningan malam yang dingin seorang

anak seusia kalian, Hasan namanya sedang shalat tahajud. Ia tak lupa mendoakan ayah dan ibunya. Selesai berdoa ia bangkit dari tempat shalatnya. Tiba-tia ia mendengar suara tanpa wujud.

"Aduh celaka, aku sungguh celaka."

"Apa yang membuatmu celaka setan kurus?"

"Aku ini diminta menggoda umat Muhammad tetapi aku tak mampu karena setiap saat ia mengucapkan basmalah.

"Kamu sendiri bagaimana setan gemuk?"

"Aku diminta menggoda umat Muhammad, tapi ia tak pernah mengucapkan basmalah sehingga dengan mudah aku dapat menggodanya."

Setelah bercerita saya mengajak peserta didik memaknai cerita tersebut. Suasana berubah seru. Satu demi satu peserta didik melontarkan pendapatnya. Intinya untuk memiliki akhlak yang baik adalah dimulai dengan hal yang sederhana yaitu  senantiasa melafazkan basmalah setiap akan memulai

pekerjaan dan mengakhirinya dengan ucapan hamdalah.

Setelah suasana kembali tenang saya mengajak mereka mengucapkan ayat 4 surah Al Qolam sambil melakukan gerakan. Wa innaka (kepala menengok ke kanan kemudian kembali ke arah depan), la'alaa khuluqin ( kepala menengok ke kiri kemudian kembali ke arah depan), 'azhiim (menundukkan kepala). Pelan tapi pasti peserta didik dapat melakukannya. Sesaat kemudian saya mengartikan ayat tersebut dengan berbagai kisah nyata. Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur." Inti dari ayat ini adalah pengakuan dari Allah SWT bahwa Nabi Muhammad memiliki pribadi yang luhur. Untuk menjadi pelajar yang baik maka karakter ini hendaknya diteladani. Yaitu pelajar yang berbudi pekerti luhur.

"Apakah kalian paham?"

"Paham Ustadz." Jawab peserta didik serentak

Tidak lengkap rasanya memperingati maulid nabi tanpa mengisahkan suka duka perjuangan beliau. Agar peserta didik semua bisa memahami dengan mudah saya mengajak mereka menyenandungkan risalah Nabi Muhammad karya Habib Syech berikut.

Rohatil athyaru tasydu bilayalil maulidi

Wa bariqunnu riyabdu min ma'ani Ahmadi

Rohatil athyaru tasydu bilayalil maulidi

Wa bariqunnu riyabdu min ma'aani Ahmadi

Wa bariqunnu riyabdu min ma'aani Ahmadi

Bilayalil maulidi

Peserta dididk SMPN 66 mendengarkan tausiyah. Foto: Widadi 
Peserta dididk SMPN 66 mendengarkan tausiyah. Foto: Widadi 

Suasana semakin meriah karena semua yang hadir larut mengikuti irama lagu yang penuh makna ini.

"Siap dilanjutkan?"

"Siap."

Abdullah nama ayahnya, Aminah ibundanya

Abdul Muthalib kakeknya, Abu Thalib pamannya

Khadijah istri setia, Fatimah putri tercinta

Semua bernasab mulia, dari Quraisy ternama

Inilah kisah Sang Rasul, yang penuh suka duka

Inilah kisah Sang Rasul, yang penuh suka duka

Oh penuh suka duka, oh penuh suka duka

Hingga bait terakhir peserta didik, guru dan karyawan SMPN 66 menyanyikan risalah tersebut bersama-sama

"Bagaimana perasaaan kalian?"

"Senang Ustadz."

"Bahagia." Teriak yang lain

"Apa makna yang terkandung dalam lirik bait-bait tadi?"

"Perjalanan hidup Nabi Muhammad, Ustadz."

"Perjuangan Rasulullah, Ustadz."

"Suka-duka perjuangan Nabi Muhammad, Ustadz."

"Kegigihan Nabi Muhammad, Ustadz."

"Iya-iya, semuanya benar. Sebagai pelajar kalian harus memiliki karakter gigih tidak boleh loyo, tidak boleh mudah putus asa, setuju?"

"Setuju."

"Siap setuju."

"Nah, begitu seharusnya."

Pada kesempatan tersebut saya memperlihatkan alat untuk bermain hajar aswad untuk membangun karakter gotong royong sesuai dengan salah satu profil pelajar Pancasila dalam kurikukum merdeka.

"Anak-anak ini adalah alat untuk memperagakan cara meletakkan hajar awsad, Insyaa Allah suatu saat kita mainkan dalam kegiagan LDKS."

Sesi berikutnya saya bercerita dengan media wayang tentang pentingnya bersyukur. Dua wayang menggambarkan sosok Si Botak dan Si Belang dan satu wayang menggambarkan sosok Si Buta.  Kisah yang bersumber dsri Kitab Sahih Bukhori-Muslim ini sangat disukai anak-anak.

Si Botak dan Si Belang tadinya amat miskin kemudian Allah memberikan kekayaan berlimpah tetapi sayang keduanya tidak mau bersedekah maka Allah mengembalikan keduanya pada keadaan semula yaitu kembali miskin. Sedangkan Si Buta senang bersedekah maka Allah meridoi dan melipatgandakan kekayaannya.

Bagaimana cerita tadi?"

"Asyik."

"Menarik, Ustadz."

"Siapa yang ingin mengikuti jejak Si Botak dan Si Belang?" Tak satu pun anak yang menjawab maupun mengangkat tangan

"Siapa yang ingin meniru Si Buta?"

"Saya." Jawab peserta didik serentak sambil mengangkat tangan.

"Alhamdulillah, semoga kita semua termasuk yang senang bersedekah walaupun hanya dengan senyuman."

Semoga di kemudian hari peserta didik SMPN 66 Jakarta dapat meneladani karakter mulia Nabi Muhammad SAW. Amiin, Amiin YRA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun