Mohon tunggu...
Bambang Wibiono
Bambang Wibiono Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sarjana | Penulis Bebas | Pemerhati Sosial Politik

Alumnus Ilmu Politik FISIP Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Selamat Jalan Mamah (2)

22 Juni 2020   09:51 Diperbarui: 24 Juni 2020   18:47 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Ya gak apa-apa, lumayan meringankan biaya".
___

Papah berkonsultasi dan dengar pendapat ke sana kemari mirip anggota dewan saat masa reses. Hanya bedanya, sebagian besar anggota dewan mungkin hanya sekedar formalitas menghabiskan anggaran dan supaya terlihat bekerja. Tidak banyak yang benar-benar didengar pendapat dan aspirasi masyarakatnya.

Papah berkunjung ke teman, saudara, terutama saudara dari pihak Mamah untuk meminta pertimbangan soal keputusan operasi. Setelah dengar pendapat dan menampung aspirasi serta mempertimbangkan hasil analisis masalah dampak lingkungan atau AMDAL, akhirnya diputuskan secara aklamasi & mufakat, tanpa perdebatan dan tanpa deadlock, fix akan dilakukan operasi pengangkatan payudara. Tok! Tok! Tok! Palu diketok.
___

Segala persiapan mulai dilakukan. Mulai menyiapkan berkas-berkas guna mengurus menggunakan ASKES. Tanpa langkah ini, rasanya tak sanggup membayar semua biaya. 

Biaya dua anaknya saja yang kuliah ngos-ngosan dengan nafas Senin Kamis. Kadang bayar SPP kemudian semester berikutnya nunggak. Apalagi kalau jadwalnya pas dengan jadwal pembayaran kosan. Pasti salah dua dikorbankan. Lho?? Iya, terkadang dua-duanya dikorbankan. Tak bayar SPP dan juga bersilat lidah dengan pemilik kost. Dananya lebih baik untuk adikku yang juga kuliah, tapi di fakultas teknik yang biayanya lebih mahal. Aku? Lebih memilih diomelin ibu kost dan diusir dari kosan. Kemudian ku berkemas, bersiap nomaden. Berburu dan meramu mencari suaka graha.

Kuliah bagaimana? Ahh itu perlu trik dan pasang muka tebal, telinga tebal serta mulut manis. Satu lagi, jangan mudah bosan. Ingat, masalah loby untuk tetap bisa kuliah, yang kita hadapi itu manusia. Para pemangku kampus. Ada kalanya mereka hanya ingin melihat kejujuran dan kesungguhan kita saja. Seberapa besar dan kuat keinginan kita untuk tetap kuliah. Ditolak dan diusir? Ya pergi saja. Tapi jangan lupa besok datang lagi. 

Dilempar kesana kemari? Ya ikuti saja dulu sambil kita pun mencari celah. Walaupun harus menghadap level rektor, ya datangi saja rektor. Tak usah takut, sama-sama makan nasi juga. Kalau diperlukan sampai pendekatan ke anak atau ponakannya tersayang, lakukan saja. Atau jika ada sodara Pak Rektor yang kita kenal, gunakan chanel ini juga. 

Tapi ingat, tak perlu lah kita mengemis minta bantuan lewat mereka. Cukup bangun hubungan baik, kepercayaan, dan kedekatan dengan orang di sekitar pemangku kebijakan, dengan sendirinya orang-orang ini bisa menjadi tameng atau garansi buat kita. 

Operasi senyap saja, tidak perlu nampak di permukaan atau diketahui banyak orang. Karena yang kita hadapi pejabat kampus yang terkadang juga punya gengsi dan jaga image. 

Semakin gerak-gerik kita diketahui publik, mereka justru akan semakin jaga jarak dan makin sulit memberi rekomendasi atau kebijaksanaan buat kita. Ini yang aku lakukan, karena sadar diri, urusan nunggak menunggak sudah menjadi tabiatku tiap menghadapi semester baru. Upss...

Yang perlu diingat juga, kita jangan mengandalkan loby hanya ke satu orang. Jika sulit menembus sang pemberi titah, carilah dukungan beberapa pihak untuk menguatkan bargaining atau posisi tawar kita di hadapan pimpinan kampus. Minimal buatlah pihak-pihak yang akan kita jadikan massa pendukung, mempercayai kita, sehingga bisa menjadi jaminan atau referensi pemberian kebijaksanaan buat kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun