Mohon tunggu...
wahyu 'wepe' pramudya
wahyu 'wepe' pramudya Mohon Tunggu... -

full time sinner, full time pastor, full time husband and father. unresolved mystery about grace. Kontak di bejanaretak at gmail dot com

Selanjutnya

Tutup

Bola featured Pilihan

Rabu Abu: Menyangkal Diri Lalu Selfie?

18 Februari 2015   21:36 Diperbarui: 10 Februari 2016   17:39 49487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1424244825278673482

[caption id="attachment_351793" align="aligncenter" width="600" caption="Penorehan abu di dahi pada Rabu Abu (sumber: latinpost.com)"][/caption]Dalam beberapa jam mendatang, Gereja Katholik dan sebagian Gereja Protestan akan melaksanakan Ibadah Rabu Abu. Rabu Abu menandai mulainya masa Pra Paska yang disertai dengan puasa atau berpantang. Masa Pra Paska sendiri akan berlangsung selama 40 hari. Angka 40 ini secara simbolik mengingatkan kembali akan perjalanan bangsa Israel dari tanah penjajahan ke tanah terjanji yang berlangsung selama 40 tahun, dan tentu juga pada Yesus Kristus yang mengawali pelayanannya dengan berdoa dan berpuasa selama 40 hari.

Ibadah Rabu Abu diperkirakan sudah menjadi bagian dari kehidupan bergereja sejak abad ke-10. Pada Ibadah Rabu Abu ini, pemimpin akan menorehkan abu di dahi umatnya. Sambil menorehkan abu dengan bentuk salib, pemimpin akan berkata, ”Ingatlah kita ini abu dan akan kembali menjadi abu.”   Sebuah kalimat yang hendak menegaskan kesementaraan hidup manusia. Dari ingatan akan sementaraan inilah diharapkan muncul kesadaraan untuk mawas diri alias memeriksa diri untuk mengupayakan kehidupan yang lebih baik di hadapan sesama dan tentu saja berkenan di hadapan Allah.

Yesus Kristus pernah bersabda,”Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Mat 16:24)  Menyangkal diri diterjemahkan sebagai melupakan kepentingannya sendiri dalam Alkitab Bahasa Indonesia sehari-hari. Melupakan kepentingan diri tentu saja bukan dalam arti tidak peduli dengan kepentingan diri sendiri, namun menempatkan kepentingan Tuhan di atas segala kepentingan diri. Nah, dalam semangat seperti inilah Rabu Abu kita rayakan. Dalam semangat menempatkan kepentingan Tuhan di atas kepentingan diri, kita menjalani puasa atau pantang selama masa Pra Paska ini.

Ada satu hal yang membuat saya was-was terkait dengan Ibadah Rabu Abu ini. Pada zaman di mana gawai (hp dan tablet) serta koneksi internet menjadi salah satu kebutuhan primer, maka tak jarang barang-barang itu hadir dalam ibadah dan menimbulkan ketidaknyamanan. Tak jarang di tengah ibadah, ada suara tanda telpon atau notifikasi masuk. Ada beberapa orang yang mengambil gambar di tengah ibadah yang sedang berlangsung tanpa memanfaatkan fitur silent. Tak heran di beberapa gereja ada pengumuman untuk mematikan gawai selama ibadah berlangsung. Bahkan ada beberapa gereja yang memasang piranti tertentu mencegah sinyal telepon memasuki ruang ibadah.

Apa yang saya kuatirkan bukanlah penggunaan gawai secara tak bertanggung jawab di dalam ibadah saja, namun pemakaiannya sebagai sarana untuk menunjukkan eksistensi melalui jejaring sosial kepada orang lain. Ringkasnya: pamer! Ah, saya juga punya berulangkali melakukannya. Posting status dan gambar ketika berada di luar negeri, menikmati makanan yang lagi trend, dan bahkan penampilan yang tentu saja sudah dipoles aplikasi camera 360. Kita menilainya wajar kalau toh hampir semua orang melakukannya.

Nah, ini yang paling saya kuatirkan pada Rabu Abu: lewat media sosial, kita memposting gambar abu di dahi atau malah selfie dengan abu di dahi di tengah ibadah yang tengah berlangsung. Abu tanda penyangkalan diri berubah menjadi sarana untuk menegaskan kepada orang lain tentang ketaatan diri menjalankan ibadah. Rabu Abu yang seharusnya menjadi awal perjuangan untuk menempatkan kepentingan Tuhan di atas kepentingan pribadi pun menjadi sarana untuk “memamerkan” kesalehan diri pada orang lain. Rabu Abu: awal penyangkalan diri kok malah berujung pada sefie.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun