Mohon tunggu...
wahyu 'wepe' pramudya
wahyu 'wepe' pramudya Mohon Tunggu... -

full time sinner, full time pastor, full time husband and father. unresolved mystery about grace. Kontak di bejanaretak at gmail dot com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berbagi Hati di Pelosok Negeri

17 Agustus 2017   18:54 Diperbarui: 17 Agustus 2017   19:12 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada banyak cara untuk mencintai Indonesia.  Ada yang secara rutin berdoa bagi kesejahteraan Indonesia.  Ada yang gemar melakukan perjalanan wisata dan berbagi indahnya pelosok nusantara lewat media sosial.  Kami, saya dan beberapa rekan dalam komunitas yang sama, memilih mencintai Indonesia lewat berbagi hati ke pelosok negeri ini.

Ya, berbagi hati kami bagi mereka yang tinggal di daerah-daerah tertinggal di negeri ini.  Kami sengaja memilih berkunjung bukan ke daerah wisata, tetapi kantung-kantung kemiskinan yang tersebar di negeri ini.  Kami memilih berkunjung ke Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) yang ada di Nusa Tenggara Timur (NTT).  Dalam beberapa hari, kami berkunjung ke desa-desa yang tersebar di Kabupaten itu.

Hati yang kami bagi adalah kecintaan kami pada Indonesia.  Kecintaan yang kami wujudkan lewat kunjungan, bantuan, dan acara-acara edukasi lainnya.  Tentu saja bukan hal yang mudah membawa begitu banyak barang ke pelosok negeri ini.  Perjalanan ke Amanuban Timur misalnya, sebenarnya tak terlalu jauh dari Soe.  Namun, perjalanan kurang lebih 50 kilometer ini mesti berlangsung selama 5 jam terkait dengan buruknya kondisi jalanan. Jarang sekali dijumpai jalan beraspal.  Kadangkala malah kami harus melewati sungai yang kering untuk mencapai tujuan.  Medan yang terjal membuat kendaraan kami berkali-kali harus berhenti, dan gantian kami mendorong mobil yang penuh berisi barang itu.

Penyambutan yang Menggetarkan Hati

Tarian adat bagian dari penyambutan tamu (Dokumentasi Pribadi)
Tarian adat bagian dari penyambutan tamu (Dokumentasi Pribadi)
Menjelang sore hari, mobil kami tiba-tiba berhenti.  Matahari mulai terbenam, kegelapan pun mulai datang.  Ada suara riuh orang terdengar.  Kami turun dari mobil dan betapa terkejutnya kami melihat penduduk setempat ternyata telah menyiapkan penyambutan.  Satu per satu anggota tim kami meneteskan air mata melihat segala persiapan yang mereka lakukan di tengah pelbagai keterbatasan yang ada.

Mereka menyambut kami sebagai saudara, walau itu adalah kunjungan kami yang pertama. Ketika kain adat dikalungkan, maka hal itu adalah tanda penerimaan terhadap kami.  Anak-anak menari dengan gembira di tengah gelapnya malam, karena infrastruktur listrik belum menjangkau daerah itu.

Hati yang Menggerakkan Tangan dan Kaki

Apa yang kami lakukan selama beberapa hari di Amanuban Timur itu?  Kami tidur di bagian belakang ruangan gereja.  Setiap hari, kami berbagi menjadi beberapa tim mengunjungi desa-desa sekitar.  Kami bermain badut dan aneka permainan lainnya untuk menghibur anak-anak.  Kami melakukan edukasi untuk orang dewasa.  Kami menyalurkan bantuan berupa mesin pompa air agar lebih mudah bagi penduduk yang ada untuk menyirami tanaman yang ada di beberapa lahan yang digunakan untuk uji coba penanaman sayur.  Kasih yang ada di hati itu mesti mewujud lewat gerak tangan dan kaki, bukan?

Ketika kami melakukan ujicoba mesin pompa air, hati kami tergetar melihat air yang mengalir deras membasahi lahan penanaman sayur yang tak seberapa luasnya itu.  Penduduk menyambut dengan gembira, karena dengan adanya mesin pompa air dan tandon air mereka tak harus berjalan kami lima ratusan meter untuk menyirami lahan itu.  Air menyembur dari selang, penduduk menari gembira, air mata saya perlahan menetes.  Tak perlu nilai rupiah yang besar untuk menghadirkan perubahan kecil yang menghasilkan sukacita besar di pelosok negeri ini.

Sumbangan mesin pompa air dan tandon air untuk mengairi lahan penanaman sayur-sayuran ini (Dokumentasi Pribadi)
Sumbangan mesin pompa air dan tandon air untuk mengairi lahan penanaman sayur-sayuran ini (Dokumentasi Pribadi)
Berbagi Hati untuk Menerimanya Kembali

Di pelosok negeri di mana sinyal telekomunikasi adalah sebuah kemewahan, kami selalu menerima penyambutan dalam kesederhanaan yang menggetarkan hati.  Mereka selalu menyelenggarakan upacara adat di awal acara.  Mereka mengambil buah kelapa muda terbaik yang ada dan menyediakannya bagi kami.  Tingginya pohon kelapa yang rata-rata di atas 15 meter itu tak menghalangi mereka untuk dengan cekatan mengambilkannya bagi kami.  Jagung yang mereka oleh menjadi mirip pop corn selalu tersaji. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun