Mohon tunggu...
Wenny Ira R
Wenny Ira R Mohon Tunggu... Penulis - Kybernan

Peneliti, Akademisi, Militansi Desa, Humanis, Berbudaya, Book Lover

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Abdul Muluk, Teater Rakyat Muarojambi Tampil Pada Temu Teater Se-Sumatera

27 November 2021   12:42 Diperbarui: 27 November 2021   13:02 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Alunan gesekan biola, irama pukulan gong dan tabuhan gendang mengiringi suasana panggung. Pada panggung terdapat satu meja kecil dan satu rotan yang terletak di atasnya. Dua orang berjalan mengelilingi meja tersebut. Setelah berhenti, salah satu di antaranya mengambil rotan dan memukul meja dalam satu kali pukulan. Keduanya berdialog tentang apa yang harus dilakukan. Mereka  sepakat untuk memanggil orang-orang berkumpul bersama mereka. Lalu syair pun disenandungkan untuk memanggil orang-orang di belakang panggung. Syair dijawab dengan ucapan "yaaa..." dan orang-orang pun muncul beriringan dari belakang panggung. Mereka bergerak mengelilingi dua orang dan meja yang ada di atas panggung. Syair-syair disenandungkan lagi, musik mengiringi mereka.

Ada sekitar dua puluh hingga tiga puluh orang yang berkeliling itu. Mereka semuanya adalah para pelakon yang akan bermain pada babak demi babak naskah Abdul Muluk yang dipentaskan.

Meja yang dilengkapi rotan pemukul meja merupakan pusat dari adegan demi adegan. Cerita Abdul Muluk pun mengalir diawali dari upaya  raja Hamisah untuk mencarikan jodoh anaknya, yaitu pangeran Abdul Muluk. Raja Hamisah menegaskan kepada anaknya bahwa jodoh yang dipilihkan untuknya berasal dari kalangan rakyat jelata dan orang yang tak berpunya. Namun karena kebaikan budi pangeran Abdul Muluk, ia menerima upaya perjodohan ayahnya itu.

 Siti Rapeah, puteri seorang petani dan pencari ikan dipilih raja Hamisah untuk menjadi istri pangeran Abdul Muluk. Orang tua Siti Rapeah terkejut dan tak percaya mendapati kemujuran ini. Mereka pun dijemput oleh pengawal raja dan dibawa ke istana. Setibanya di istana, mereka dihadapkan pada raja Hamisah dan pangeran Abdul Muluk. Tak ada hambatan berarti, pangeran Abdul Muluk pun menyukai Siti Rapeha. Keduanya pun segera dinikahkan. 

Tak berapa lama, Siti Rapeah hamil. Raja Hamisah yang sudah tua memutuskan untuk menyerahkan tahta kerajaannya kepada pangeran Abdul Muluk. Ia pun resmi menjadi raja pemimpin negeri. Sayang setelah ayahnya menyerahkan tahta, sang ayah meninggal dunia.

Kesedihan raja Abdul Muluk tidak sampai di situ. Kemashyuran negerinya membuat negeri Hindustan penasaran dan ingin menyerangnya. Raja Abdul Muluk pun disarankan pergi meninggalkan istana dan Siti Rapeah yang sedang hamil besar. 

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Selama berbulan-bulan raja Abdul Muluk mengarungi lautan hingga terdampar di negeri yang masih wilayah kekuasaan raja Hindustan. Di negeri itu ia bersenang-senang, berkenalan dengan seorang saudagar dan putrinya yang cantik jelita. Raja Abdul Muluk berteman dengan putri saudagar tersebut.

Hingga pada suatu hari, raja Hindustan mengetahui keramaian hiburan yang dibuat oleh raja Abdul Muluk. Ia pun tak terima dan menyerang raja Abdul Muluk serta membunuh putri saudagar yang menolak cintanya.

Pertunjukkan Abdul Muluk pada Temu Teater Se-Sumatera yang diselenggarakan di Taman Budaya Jambi pada 16 November 2021 lalu hanya selesai pada babak kekalahan raja Abdul Muluk melawan raja Hindustan. Sebenarnya pertunjukkan naskah Abdul Muluk ini masih sangat panjang. Aslinya bisa sampai dua hari dua malam pertunjukkan ini dipentaskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun