Mohon tunggu...
Wenisah AlfionitaPurba
Wenisah AlfionitaPurba Mohon Tunggu... Penulis - Sebagai senja yang terlantar dalam durja

Junior Teacher at Sekolah Dian Harapan Makassar Mahasiswi S1 Universitas Pelita Harapan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perempuan Itu

16 Januari 2019   20:05 Diperbarui: 16 Januari 2019   20:13 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Garis hidup masih panjang, namun sudah menutup mata. 

Bayak yang menjadi korban, banyak pula yang masih berjalan ke arah yang jauh. Kata LELAH cukup sederhana mengisahkan penderitaan itu. Biarlah perlawanan dulu menjadi bukti bahwa kita pernah berjuang melawan kekejian yang hitam. Sebuah puisi kutulis pada gelap bersama ketakutan dan ditemani segelas kopi hitam bersama kepahitannya. Memang Pahit.

Perempuan itu

Aku hina sehina-hinanya

Wahai jagat raya ambil nyawaku

Lunglai rasaku bila kupahami yang berlalu

Kepada siapa aku mengadu

Perawanku telah kusimpan

Dibalut kasih untuk suami kelak nanti

Hargaku tak dijual

Hanya karena kekejian belantara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun