Mohon tunggu...
Weni Fitria
Weni Fitria Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan Pembelajar

Memperkaya pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyoal Hilangnya Sikap Empati dan Kepekaan Sosial di Tengah Pandemi

2 April 2020   02:52 Diperbarui: 2 April 2020   06:40 1387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Baru-baru ini saya membaca berita tentang penolakan sekelompok warga terhadap pemakaman korban Covid-19 yang meninggal. Berita yang sama bahkan muncul lebih dari satu kali yang ditayangkan baik oleh media televisi maupun oleh media online berskala nasional.

Diberitakan, disebuah kelurahan di daerah Indonesia bagian barat, muncul spanduk yang isinya penolakan pemakaman pasien Covid-19 yang meninggal yang akan di pemakaman daerah tersebut. Diduga hal tersebut dilakukan oleh sekelompok orang atas inisiatif sendiri.

Sementara di wilayah Indonesia yang lain,  warga bahkan menghadang mobil ambulans yang membawa jenazah yang dicurigai korban covid-19 yang hendak dimakamkan di pemakaman setempat. Bahkan sebelumnya hal sama juga terjadi, dimana jenazah positif Covid-19 yang hendak dimakamkan ditolak warga disebuah pemakaman umum setempat.

Ditempat saya sendiri  kasus yang hampir sama juga pernah terjadi. Namun bukan penolakan terhadap jenazah yang positif Covid-19. Penolakan dilakukan oleh sekelompok warga  terhadap rencana pemerintah daerah yang hendak menjadikan sebuah rusunawa sebagai lokasi isolasi orang yang berstatus ODP  yang belakangan jumlahnya semakin bertambah di daerah saya.

Sebuah tindakan yang sebetulnya telah tepat diambil oleh pemerintah demi menahan lajunya penyebaran Covid-19 ini. Namun sayang mendapat tanggapan yang tidak semestinya dari sebahagian masyarakat yang tidak memahami maksud baik tindakan tersebut. Mereka hanya berfikir untuk kepentingan sendiri dan tidak didasari pemahaman yang baik bahwa virus tersebut tidak akan menulari mereka secara langsung  dengan diisolasinya orang dalam pantauan di rusunawa tersebut.

Menemukan berbagai kenyataan di atas, untuk sesaat saya sempat termangu, namun bukan bingung ataupun terkejut. Saya termangu dikarenakan apa yang saya risaukan beberapa waktu belakangan ini terbukti mulai terjadi. Dimana akan timbul suatu sikap dan respon yang tidak semestinya terkait Covid-19 ini ditengah kehidupan masyarakat.

Semua hal di atas merupakan sebuah ironi yang cukup menohok perasaan saya dan terus terang membuat saya gemas bercampur geram. Saya juga meyakini hal tersebut juga menohok mata batin orang lain yang paling tidak memiliki kesamaan berfikir dengan saya.

Bagaimana mungkin ditengah kondisi bersabung nyawanya para tenaga medis yang tengah berjibaku menyelamatkan pasien Covid-19, masih ada sebahagian kita yang lebih mengedepankan sikap egoistik dan salah kaprah sedemikian rupa. Saya katakan egoistik, karena sikap yang demikian pada dasarnya hanya memikirkan diri sendiri atau kelompok sendiri tanpa disertai dengan sikap empati pada korban, keluarga korban, petugas medis maupun pemerintah yang tengah berjuang menerangi Covid-19 saat ini.

Selanjutnya saya katakan salah kaprah, karena tindakan yang demikian merupakan sebuah tindakan yang tidak berdasar sama sekali. Sebuah kebiasaan ditengah masyarakat yang terbiasa melakukan sebuah tindakan tanpa disertai informasi yang belum tentu benar. Menganggap jenazah yang dimakamkan di pemakaman setempat bisa menjadi sumber penyebaran virus adalah hal yang tidak mendasar dan salah kaprah.

Dalam hal ini saya melihat, sebahagian masyarakat kita telah mulai kehilangan sisi empati dan kepekaan (kepedulian) sosial. Kedua hal tersebut bukan hanya hilang terhadap korban maupun terhadap keluarganya. Namun gejala tersebut bukan tidak mungkin akan muncul antar sesama orang disebuah lingkungan sosial, terutama dalam situasi tertekan ditengah pandemi sekarang.

Sisi Empati yang saya maksud dalam konteks ini adalah kemampuan merasakan derita orang lain, ikut bersimpati dan mencoba membantu menyelesaikan masalah dan melihat penderitaan tersebut dari perspektif mereka. Sementara Kepekaan sosial dalam hal ini bisa dimaknai sama dengan kepedulian sosial yaitu adanya perasaan bertanggung jawab atas kesulitan yang dihadapi oleh orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun